Rabu, 27 Februari 2013

Penyesalan


Rara, perempuan cantik yang tinggal di sebuah rumah diseberang sana setiap menjelang senja selalu terlihat duduk di kursi kayu teras rumahnya. Hanya terdiam dan tak melakukan kegiatan apa-apa, seperti sedang menunggu sesuatu.
Ia tak hanya sendiri tinggal di rumah itu, sepertinya ada keluarganya yang menemani. Namun hanya terlihat di pagi dan sore hari.
Aku mendengar dari pemilik rumah yang sekarang aku tempati ini perempuan cantik itu dulu adalah seorang primadona. Wajah cantik dan tubuh yang sempurna telah menjadikan dirinya sangat terkenal. Menurut tetangga sebelahku pun katanya ia adalah pujaan bagi siapa saja pria yang mengenalnya. Namun sayang sejak peristiwa beberapa tahun lalu semua berubah. Kudengar dia sekarang hidup dalam kegelapan.

Aku memandangnya dari teras, bukan untuk memata-matai hanya saja timbul rasa penasaran. Peristiwa apa yang membuat seorang perempuan cantik yang menjadi primadona itu menjadi seperti itu. Dunia seperti tidak bergerak baginya. Tak terasa senja semakin memudar, menghilang digantikan malam. Aku masih tetap memandang wajah yang tanpa ekspresi itu, seperti ikut larut bersamanya. Tak kupedulikan gigitan nyamuk dan gelapnya sekitar. Tersentak, hampir saja aku menjerit saat mata beningnya memandangku.

Ia memandangku dari kejauhan. Matanya bulat bening tapi seperti tak ada kehidupan layaknya ketika melihat kedua bola mata sebuah boneka. Namun aku juga menemukan kejanggalan, perempuan itu tak benar-benar memandangku. Sama sekali tak ada ekspresi yang muncul di wajah cantiknya, entah kenapa.

"Hei, apa yang kau lihat?" Dani tiba-tiba datang mengejutkanku. Matanya kemudian mengikuti arah pandangku, dia tersenyum dan melangkah ke kursi panjang yang ada di teras.

"Perempuan cantik itu memandangimu?" Dani kembali bertanya padaku.

"Dia tidak sedang melihatmu. Dia tak dapat melihat. Buta."
Aku tersentak terkejut luar biasa. Ah, mana mungkin mata bening yang indah tak dapat melihat. Benar-benar aku tak percaya kalau saja aku tak ingat pandangan tanpa ekspresinya ketika melihat ke arahku.

"Sayang sekali, mata seindah itu harus redup dalam kegelapan." Ujarku lirih dan mendapatkan pukulan ringan dilenganku.

"Dan, sebenarnya ada peristiwa apa sih sampai membuat Rara seperti itu?" Dani tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya mengangkat bahu tanda tak tahu atau tanda tak ingin bercerita.

"Wah, akrap sekali kamu menyebut namanya? Bukankah kamu tidak mengenal perempuan itu?"

Aku larut dalam lamunanku lagi seperti terhubung dengan dunia perempuan itu. Entah sudah berapa lama kami saling memandang hingga salah satu keluarganya mengajaknya beranjak berdiri. Aku tidak tahu seperti ada sihir yang menarikku untuk terus memandangi mata indah namun kosong itu. Dani rupanya sudah tak disampingku lagi. Aku pun beranjak meninggalkan teras dan berjanji dengan hatiku, aku ingin menemani perempuan itu didalam dunianya.

Malam itu sedikit pun aku tak dapat memejamkan mataku. Bayangan dan pandangan perempuan itu terus saja lekat di ingatan. Pikiranku terus berputar-putar mencari tahu ikhwal penyebab kebutaannya. Kalau dulu ia adalah seorang primadona itu berarti secara lahiriah dia begitu sempurna tanpa cela. Lalu mengapa sekarang ia diliputi kegelapan yang abadi?

Mungkin, esok pagi akan kusapa ia di depan teras rumahnya. Aku tidak tahu apakah kebiasaannya di kala menjelang senja juga dilakukannya ketika mentari baru saja menyapa.
Aku akan memperkenalkan diriku sebagai penghuni baru di depan rumahnya. Dan setelah itu mungkin akan aku ajak bicara dia secara pelan-pelan, semoga saja dia menceritakan segalanya.

Setelah tekatku bulat akupun berusaha memejamkan mata, entah mengapa wajah itu tetap lekat dipelupuk mata. Kulihat perempuan cantik nan jelita itu tertawa, seolah daun daun sekitar rela gugur hanya untuk mengiringi suara tawanya. Sungguh tawanya membuatku ikut merasakan getar sensasi. Aku ikut tertawa, namun tawaku langsung hilang, mataku terbelalak. Aku sungguh terkejut. Kulihat perempuan itu semakin menjauh, bukan lagi tawa tapi jeritan tanpa suara yang kulihat. Aku ingin meraih tangannya yang menggapai-gapai tapi sebelum tangan itu kugapai disekitarku dikelilingi kabut. Kabut yang membuat pandanganku gelap. Aku berteriak memanggil namanya dan aku pun terbangun dengan napas yang memburu. Sungguh aneh, hanya mimpi seperti itu tapi dadaku seperti tertimpa besi satu ton. Kulirik alarm di telpon selulerku, ah masih pagi, tanda tanda subuh pun belum nampak. Aku semakin merenung dan tekatku semakin bulat untuk menemui perempuan itu.

Pagi harinya aku baru mengetahui keseluruhan cerita tentang perempuan cantik bernama Rara itu dari pemilik rumah yang aku huni ini. Itu pun karena Dani dengan bawelnya menceritakan perihal kejadian kemarin sore.

Jadi, perempuan itu memang betul seorang primadona di daerah ini. Banyak lelaki tergila-gila pada dirinya, tentu saja terutama karena wajah dan tubuhnya yang sempurna. Kekaguman hampir semua orang kepada dirinya membuat ia menjadi tinggi hati. Padahal jauh sebelum banyak orang mengenalnya, dia adalah perempuan yang sangat baik dan ramah. Entah, mungkin pujian membuat dirinya menjadi lupa akan pribadi yang sebenarnya.

Pemilik rumah bilang, suatu hari ada keributan di kediamannya. Orang-orang tak tahu pasti apa permasalahannya. Namun setelah keributan itu, Rara meninggalkan rumah dan melajukan mobil dengan sangat kencang. Setelah itu terdengar kabar bahwa ia kecelakaan. Mobil yang dibawanya menabrak sebuah pohon dan ia mengalami kebutaan.

Aku terhenyak, tidak mungkin kebetulan itu ada. Aku tidak pernah mempercayai kata kebetulan. Tidak mungkin. Pemilik rumah menatapku bingung. Mungkin dalam angannya dia melihat aku kaget dengan cerita itu. Tidak! Tidak sesederhana itu. Sekarang aku mengerti mengapa aku begitu tertarik dengan perempuan itu, aku kini mengerti.

Aku tidak mungkin menceritakan kepada pemilik rumah. Aku tidak mungkin juga meneriakkan kepada dunia akulah yang bertanggung jawab akan penderitaan perempuan itu. Aku sekarang mengingat dengan jelas kejadian itu. Bukan itu cerita yang sebenarnya. Aku menuju kamar. Hatiku berperang. Akulah yang merubah hidup perempuan itu yang penuh warna menjadi kehidupan yang hanya ada satu warna. Warna gelap. Hitam.

Tulisan KolaborasiIndah Lestari dan Aini ( @baelovesee ).

#AWeekOfCollaboration Hari Ke-3, Tema : Gelap

0 komentar: