Kamis, 25 Oktober 2012

LPM Kopdar GRI Manado ke 4-5

tumpukan novel dan poscard namja Korea
Kopdar GRI Manado ke 4 yang direncanakan dari bulan Agustus,mundur dan dijadwalkan September pun akhirnya batal,seperti biasa,menyatukan jadwal para anggota sulitnya minta ampun. Kenapa tidak saya tentukan saja tanggalnya? Sengaja saya tidak memperlakukan seperti itu,kami hanya ber 5,dan tak mau kalau salah satu tidak datang,jadilah tanggal yang sudah saya pilih pun batal.
Tanggal 18 siang saya buat janji sama Agnes mau nonton, trus saya sengaja bbm Nindy dan Vannesa,mennanyakan kapan bisa kopdar,mereka bilang sudah ada waktu,jadi  saya putuskan hari sabtu siang kopdar,oh iya tidak lupa saya bbm Puspita,teman baru yang saya temui diwaktu saya nonton,pertemuan yang sangat lucu untuk orang lain,tapi tidak untuk kami para member GRI,hanya bermodal novel saya menyapa dia dan tanggapannya sungguh luar biasa.
Tinggal nunggu Frieta,karena hape saya sudah ganti jadi agak susah, satu cara hanya nunggu konfirm di twiter,yang ternyata Frieta tidak bisa,kalau jum at sore baru bisa... Nah yang artinya nanti sore,pontang panting saya atur jadwal lagi ,(dibikin dramatis) saya konfirm ulang semua,untunglah semua bisa. Jadilah kopdar ke 4 ini dadakan,Nindy dari kantor jadi tidak membawa novel,hanya saya dan Vanesa yang sempet bawa,saya nekat pulang ke rumah untuk ambil novel.
agnes,nindy,vannesa foto dulu sebelum yang lain datang.
Pertama saya yang datang,disusul Nindy,Vannesa,Agnes,dan Puspita akhirnya datang,resmi perkenalan. Dan Agnes mengajak 2 temannya,Kristi dan Yunita...selamat datang di perkumpulan kami para narsis.
Tinggal tunggu Frieta si master k-pop, meskipun Puspita bukan penggemar k-pop tapi dia tetap bertahan sampai akhir (maafkan kami,yang sering lupa umur) .
Solaria menjadi tempat kami ngumpul lagi,meskipun mbak yang ngelayani mukanya sudah asem tapi kami maklum,pasti mbak itu lagi capek luar biasa. Atau ngiri lihat tumpukan novel (ga tau mana yang betul,secara ini cuma tebak tak berhadiah) .  Seperti biasa kalau kopdar tidak pernah puas sekali,jadi kami janjian ketemu untuk nonton ,diputuskan hari minggu. Sampai ketemu hari minggu.
 Dan ini kopdar terbesar dan te-rame yang pernah kami alami, butuh waktu hampir 2 tahun,akhirnya bisa 8 orang yang datang.
kristi,yunita,agnes,ai,nindy,vanessa,frieta,puspita

Hari minggu telah tiba, pagi pagi  Nindy dan Nesa bbm,membatalkan janji (bahasanya ga usah diperhalus- sengaja) ternyata Nesa ada rapat pemuda digerejanya dan Nindy harus ke rumah camernya ... Yah yah.
Oh ya,malam  sebelumnya di twiter saya janjian sama Aletha,member GRI juga yang tidak sadar kalau kita ada juga GRI Manado,padahal sudah 3 tahun dia di manado (hyaa kemana aja buuu) dan lagi lagi kami khususnya saya pribadi harus berterima kasih sama mas Helvry karena mengenalkan saya dengan Aletha, peluk dari jauh (jangan ditepis ya).

Saya lupa kalau ini hari minggu,janjian jam 1 saya molor 15 menit, saya tidak bisa beli tiket,Frieta dan Agnes belum sampai,Puspita dan temannya masih muter muter keliling mall... Dan saya masih mencari Aletha,yang akhirnya ketemu. Lagi lagi,kami para member GRI ini ,entah mengapa,belum pernah ketemu tapi sekalinya ketemu langsung akrap dan sudah bisa ngobrol tanpa sungkan ,dan sesudah beli tiket kami nunggu didepan pintu. Kami  ini nakal,membajak satu kursi yang didukin cowok,kasihan dia,ga di luar ga di dalam kita duduknya satu baris. Puspita datang dan mengenalkan temannya,Inda... Selamat datang semoga nyaman dengan kami ya.

Selesai nonton rasa rasanya kami kurang puas,awalnya mau gabung Puspita dan Inda yang mau ke cafe duduk duduk lucu,tapi ternyata mereka mau belajar juga,ya sudah gagal deh.
Kami ber 4 memutuskan nongkrong lucu juga,setelah racu saling pilih,kesana kemari tanpa hasil, tapi akhirnya,tararaara...pilihan jatuh ke pizza,yang sempet dibikin bete sama pelayanannya,tapi ya sudahlah,saya yang lagi diet pun tak kuasa menolak pizza ini, 2 potong besar..terima kasih teman teman,sudah  pesan yang bukan  pinggiran keju saja.

 Kami ngobrol ngalor ngidul,dan lagi lagi,kami keasikan ngobrol,ga ada foto kami semuaaaa...
Kopdar ke 5 tetap seru,meskipun tidak ada yang bawa buku untuk di tukar tukar.
Meskipun tidak lengkap ,tapi saya menikmati pertemuan ini. Semoga kopdar selanjutnya Nindy,Vanessa bisa gabung. Ga rame oi ga ada kalian.

Rabu, 24 Oktober 2012

NOVEL HUAN ZHU (kepingin koleksi)

Saya sangat menyukali kisah Putri Huan Zhu,berawal dari film yang di tayang TPI (mnctv) saya langsung jatuh cinta dengan film ini. Dan kebetulan yang menyenangkan ada novelnya juga, tanpa pikir saya langsung membeli setiap novelnya terbit. sayang sekali hampir semua koleksi novel saya hilang dimakan rayap...rasanya kepingin marah ,tapi mau bagaimana lagi.
Membaca sisa koleksi yang ber judul Di Ujung Nestapa dan Berlari Ke Batas Cakrawala masih sukses membuat saya  menangis sesenggukan.
Niat untuk mengoleksi lagi selalu ada ,tapi lagi lagi sayang, setau saya Gramedia sudah tidak menerbitkan lagi.

Sempat mau beli via onlain di fb,tapi sebelum kejadian saya  merasa kecewa,di awal foto tertulis  harga 10 000 setiap judul novel , saya  langsung bilang mau beli semua dan berjanji akan segera mentransfer kalau saya sudah tidak sibuk,paling lama satu minggu,tapi satu minggu kemudian orangnya bilang harga naik menjadi 20 000... menurut infonya yang harga 10 000 sudah laku terjual.(bukan saya tidak mempercayai alasan itu,tapi entahlah , karena bagi saya kepercayaan yang dari awal di berikan itu akan saya pegang )
Saya kecewa,bukan masalah harga 20 000, meskipun ini buku bekas dan Harga berapapun harusnya saya tidak masalah,bukannya saya berniat ingin mengoleksi? ,tapi cara dia salah,kenapa pas saya  ingin beli semua novel yang dia pajang  harganya di naikin 2 x lipat,ah mending saya  batalin sekalian,sambil berharap suatu saat saya menemukan seri novel ini.

Meskipun saya sudah lama  tidak membaca tapi saya sangat ingat cerita  novel ini,novel dan film sama persis,tanpa ada beda,perbedaan hanya beberapa kalimat,di novel ayah handa kaisar di fim wang ama,ibu suri -lafoye,selir ling-permaisuri ling,hanya bererapa panggilan saja,dan untuk semua dialog semua sama persis,jadi sambil membaca saya bisa membayangkan filmnya ,atau sebaliknya....

Seandainya di suruh menceritakan isi buku ini,saya pasti ingat detail,meskipun racu di episode berapa...
dan semua lagu yang sukses saya hafal sampai sekarang...ah saya kepingin banget bisa baca novel ini.


Rabu, 17 Oktober 2012

REASON.


Aku tak mampu berpaling dari tatapan matamu. 
Aku tak bisa berhenti memandang birirmu.
Senyummu begitu menggoda,tawamu begitu menggetarkan jiwa.
Aku terbius oleh pesonamu,aku terhanyut dalam  dekapmu,aku menyerah dalam cumbuanmu



Tidak mungkin! 
Itu bukan dia,pasti bukan ,tapi kalau bukan dia ,siapa itu?
 Apa yang dilakukan pria itu disini!
Ulfa memandang sesosok pria yang sangat membuat perasaannya hancur, ada rasa malu, benci, dendam, dan setitik kerinduan. Di usianya yang ke 22, ia sudah melihat beberapa macam tipe pria. Dari yang alim, mata keranjang sampai om om genit, tapi hanya  pria ini yang tak pernah bisa dilupakan. Sudah lebih dari 5 tahun tak pernah melihatnya , tapi efeknya masih sangat luar biasa.
Ulfa menyerngit, menahan rasa sakit,perutnya melilit , mual, kepalanya pusing.
Pria yang membuat perasaan Ulfa tak menentu itu adalah Antho, kakak sahabatnya dulu. Kenapa dia harus muncul saat ini? Apa yang dia dilakukan disini?
Dan lebih parahnya lagi, pria itu berjalan dengan santai seolah olah dunia miliknya, keangkuhan yang sangat arogan dan oh Tuhan, dia menuju kemari!
Ulfa berniat mengabaikan Antho, tapi matanya menghianati. Matanya terbelalak dan untuk menahan agar tidak berteriak, Ulfa menggigit bibirnya sampai terasa perih.
Senyum sinis menghiasi wajah Antho yang tampan. Dia berdiri dengan kekuasaan yang tak disembunyikan itu.
Ulfa menahan napas didepan Antho.  “Apa yang kamu lakukan disini mas?” tanya Ulfa penasaran.
“Apa yang kulakukan disini? Kamu tidak lihat! Aku menemuimu. Aku ada perlu denganmu." Jawabnya dingin dengan pandangan mengejek.
Mendengar jawaban seperti itu,tubuh Ulfa bergetar marah. Berani beraninya dia  seperti ini!
“Maaf aku sibuk mas!” Jawab Ulfa dengan berani, rasa bencinya mengalahkan rasa takut akan kehadiran Antho.
"Aku bisa melihatnya." Antho menjawab tanpa senyum.
"Apa kabar Emilia sekarang ?" Ulfa bertanya hanya untuk mengusir rasa penasarannya.
"Kamu sungguh peduli sama dia?"
“Dia dulu sahabatku! Sebelum kamu memisahkan kami dan menendangku keluar  dari rumahmu."  jawab Ulfa berapi api.
"Tidak usah kasar  seperti itu, itu memang kesalahanmu."
Ulfa langsung mengatupkan bibirnya.
Kemarahannya memuncak, dan dia berniat meninggalkan Antho, tapi sebelum niatnya terlaksana Antho mencekal pergelangan tangannya.
"Tidak semudah itu kamu melarikan diri dariku, Fa." Ucapnya tanpa melepas cekalan tangan.
" Sebenarnya mas Antho mau apa sih? Aku sibuk. Tidak ada waktu untuk ngobrol denganmu."
" Sibuk dengan kekasihmu? Mana dia kok aku tidak melihatnya?"
" Itu bukan urusan mas Antho! Lepaskan tanganmu mas, aku tidak mau orang-orang bergunjing tentangku lagi."
"Pilihan ada di kamu. Kamu mau aku memaksamu atau kamu dengan suka rela menuruti kemauanku."
Ulfa tahu, Antho adalah pria yang selalu mendapatkan apa yang dia mau, jadi ia tidak ingin ada ribut-ribut.
"Baiklah aku punya waktu 5 menit ,silahkan bicara!"
"Tidak usah terburu buru begitu, aku tahu kamu masih sedang bersantai, atau kamu menunggu kekasihmu yang lain? Kapan kamu bisa setia dengan satu pria saja?" Ucapnya kurang ajar.
" Kalau mas Antho masih bicara ngelantur, silahkan pergi saja! Lagian mas Antho tidak pantas bicara seperti itu! Orang yang setiap minggu berganti wanita."
"Wah rupanya kamu mengikuti kisah cintaku ya? Aku tersanjung."
"Aku seperti orang normal lain, aku baca majalah gosip."

***
“Emilia bener nih gak apa apa aku main ke rumah mu? Orang tuamu tidak marah?”
“Justru aku merasa berterima kasih ke kamu,  Fa. Aku pasti mati bosan dirumah, papaku tidak dirumah,hanya kakakku yang sok berkuasa itu yang ada. Aku tidak bisa keluar bersenang senang, kakakku bisa membunuhku kalau sampai tahu aku suka menyelinap ke diskotik.” Jawab Emilia dengan cekikikan.
“Sekali sekali kamu ikut dong,jangan cuma baca novel romance seperti itu.” Tambah Emilia
Emilia dan Ulfa teman satu kelas dan satu asrama, tapi mereka berbeda seratus delapan puluh derajat.
" Oh iya,aku mau minta tolong. Kalau kakakku tanya, Sabtu lalu aku kemana, kamu jawab aku sedang ke perpustakaan untuk belajar. Dan kalau dia sampai bertanya yang aneh- aneh, kamu bilang saja aku adalah anak yang alim. Apalagi kalau dia tanya aku sudah punya cowok apa belum, kamu jawab saja, dalam hidupku hanya diisi untuk belajar tidak ada waktu untuk pacaran. Mengerti kan Fa?" Ulfa hanya bisa bengong mendengarkan permintaan Emilia yang sangat berbeda dengan kenyataan .
"Fa tolong yaaaa." Rengek Emilia sekali lagi, memastikan sahabatnya bisa diajak bekerja sama.
"Baiklah." Akhirnya mengiyakan permintaan sahabat baiknya itu.

***
Ulfa memandang ke halaman rumah yang luasnya mengalahkan istana presiden, meskipun Ulfa tidak tahu seberapa luas istana itu.
Mereka turun dari mobil dan disambut seorang pemuda yang tak lain kakak Emilia, kelihatan sekali Antho sangat menyayangi adiknya .
"Kak ini temen aku namanya Ulfa, dan Ulfa ini kakak aku yang sering aku ceritakan.”
Antho menjabat tangan Ulfa.
"Selamat datang dirumah kami, semoga betah." Katanya singkat tanpa ada senyum keramahan.
 Sehari dirumah Emilia, Ulfa hanya bertemu dengan Antho sekali waktu sarapan.
Hari ini Emilia meninggalkan Ulfa sendirian, dia pergi ke rumah tantenya. Ulfa curiga dia pergi bertemu cowok, makanya dia tidak mengajak Ulfa serta.
Ulfa tidak bisa berenang, tapi melihat kolam renang yang biru ingin rasanya dia menceburkan diri dan menikmati sejuknya. Di rumah tidak ada orang, hanya ada bibi yang sedang masak di dapur dan mbak yang sedang beres-beres. Ulfa sudah bosan bertanya, bumbu apa ini - bumbu apa itu. Ia tak ingin membuat bibi berteriak jengkel, meskipun Ulfa tak yakin si bibi akan membentaknya. “Bibi sudah bekerja mengasuh mas Antho dari bayi,” jawabnya sewaktu Ulfa bertanya sudah berapa lama kerja dirumah ini.
Meninggalkan bibi didapur membuat Ulfa tak punya kegiatan. Dan godaan kolam renang begitu menggoda. Ulfa mencari mbak yang sedang sibuk bekerja dan meminjam baju renang yang memang disediakan tuan rumah jika ada tamu yang ingin berenang.
Ulfa menceburkan diri di kolam,air dingin merambat disekujur kulitnya dan bermain-main dengan riang.
Dengan keberanian yang timbul, ia melepaskan tangan dan berpura pura bisa berenang. Dan entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba dia sudah ditengah kolam dan air sudah di atas ubun-ubunnya. Ulfa pani dan didalam kepanikannya kakinya kram. Ia menggapai-gapai ingin berteriak minta tolong, tapi air kolam memenuhi mulutnya dan tertelan. Rasanya sudah seabad Ulfa meronta-ronta dikolam renang saat tiba-tiba ia menghirup udara lagi, dan sadarlah dia sang penolong adalah Antho yang menggunakan pakaian lengkap!
 "Apa sih yang kamu pikirkan? Kalau tidak bisa berenang kenapa sok-sok-an berenang!" Bentaknya berang.
"Maaf.." Jawab Ulfa sambil menahan tangis.

Setelah menyuruh Ulfa mandi dan menyuruh meminum teh hangat Antho mulai membereskan barangnya. "Kamu istirahat saja, aku mau berangkat kerja lagi. Bilang sama Emilia dan papa kalau aku terlambat pulang, dan jangan main-main di kolam renang lagi. Mengerti?!"
Ulfa hanya bisa mengangguk.

Ulfa tertidur pulas sekali hingga terlonjak kaget sewaktu bibi membangunkannya.
“Neng ... bibi sama Sri mau pulang. Tadi Mba Emilia telepon, bilang kalau tidak bisa pulang karena jalanan banjir.  Ini mumpung hujan sudah reda bibi pulang dulu, neng tidak apa-apa toh ditinggal sendiri?”
Melihat wajah lelah bibi Ulfa mengiyakan saja, "Engga apa apa, Bi.."
"Oh ya makanan sudah bibi siapkan seperti biasa ."
"Makasih ya bi..."
Sepeninggal bibi , Ulfa mandi , turun dan makan sendirian. Sudah jam 6.30, toh  percuma menunggu yang lain.  Ulfa sangat bosan, ia berkeliling rumah, nonton film Korea dan waktu sudah lumayan larut. Tapi dia belum mengantuk, mungkin tadi siang kelamaan tidur.
Akhirnya diputuskan membaca saja. Ia duduk disofa dengan nyaman. Di tengah keasikan membacanya,tiba tiba listrik padam. Memang akhir-akhir ini sering bergilir pemadaman listrik. Ulfa tidak tahu tempat lilin dimana, dia buru-buru bbm Emilia, tapi tak ada tanggapan. Dia berusaha telpon, tapi hanya nada sambung yang didengarnya. Ia menyesal tadi tidak bertanya sama bibi, tapi siapa yang menyangka kalau pemadaman listrik akan terjadi malam ini disaat ia sendirian.
Ulfa meringkuk ketakutan. Takut dirumah sendirian, takut kalau ada hantu gentayangan dan lebih takut kalau ada maling ataupun rampok.
Pikiran Ulfa mengembara membayangkan adegan yang menyeramkan, hingga ia mendengar suara pintu dibuka. Ia kaget dan ketakutannya berlipat ganda, saat Ulfa mendengar suara langkah yang sangat hati-hati. Ia semakin meringkuk dan tanpa sadar mulai menjerit histeris.
"Apa yang kamu lakukan?!"
Antho berdiri dihadapanny menjulang tinggi, terlihat marah tapi setelah melihat tubuh Ulfa yang meringkuk ketakutan dia berubah menjadi iba dan menarik Ulfa berdiri.
Ulfa langsung lega mendengar suara Antho.
" Yang lain pada kemana?" Tanyanya.
"Emilia tidak bisa pulang, dia kejebak banjir. Kalau papamu aku engga tau mas."
"Jangan kemana-mana." Antho kedapur mengambil lilin, tapi sebelum dia menyalakan lilin lampu menyala.
"Sudah jam 11 malam, kamu tidur saja sana."
Ulfa tak berani membantah,ia hanya berlari kekamarnya. Tapi ia tak bisa tidur, mood bacanya pun telah hilang. Sudah jam 2 pagi saat Ulfa memutuskan kedapur, mencari susu. Siapa tau dengan minum susu dia bisa tertidur. Menurut resep nenek minum susu hangat dapat mendatangkan kantuk. Jadi apa salahnya mencoba.
"Apa yang kamu lakukan?" Terlihat Antho duduk diujung meja dapur.
Ulfa langsung menoleh dan tersenyum malu, "aku engga bisa tidur, jadi aku minum susu." Jawabnya
"Aku pun tak bisa tidur." Akhirnya mereka asyik ngobrol sambil main kartu.

2 hari kemudian Emilia merayakan ulang tahunnya yang ke 17 dan mengundang beberapa teman temannya. Karena pesta remaja tentu saja beberapa botol minuman beralkohol berhasil diselundupkan. Ulfa tidak pernah berani menyentuh minuman itu, tapi Emilia memaksanya dan mengatakan kalau ia tidak akan mabuk.  Entah rasa penasaran atau untuk menghargai permintaan Emilia, ia menenggak beberapa teguk vodka.
Dicerngitkan lidahnya, rasa aneh melewati rongga mulut dan mengalir ketenggorokannya, panas dan dia bergidik jijik sambil bergumam, "Kok rasanya persis kecoa mati ya?" Emilia tertawa , "kamu ...itu rasa anggur,coba kamu rasa yang ini!" Ulfa tak kuasa menolak permintaan Emilia lagi, dan ditenguknya minuman itu, rasa panas menjalar ditenggorokannya, dan perutnya seketika bergejolak menolak. Tapi ia masih sempat menjawab pertanyaan Emilia... "Kalau ini rasa melati."
Kepala Ulfa agak sakit, tapi salah satu teman Emil menyodorkan gelas lagi dan Ulfa meneguknya. Tak tahan lagi Ulfa berlari dan muntah-muntah dikamar mandi. Tidak tau berapa lama Ulfa terduduk dibelakang, yang dia tahu susana rumah sudah sepi.
Sesosok pria  berdiri dihadapannya.
Benar kata pepatah, kalau sepasang insan manusia hanya berdua, pasti yang ke 3 itu setan. Tapi teori itu dipakai kalau memang diantara mereka ada ketertarikan. Atau karena salah satu dari insan itu sedang setengah mabuk, dan efek dari alkohol itu mengacaukan pikiran.
Entah setan yang sungguh hebat atau memang nafsu sudah menguasai, Antho sudah memeluk Ulfa. Mereka saling melampiaskan hasrat. Hanya mereka dan setan yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi entahlah malaikat baik hati mana yang membuat mereka sadar, Antho mendorong bahu Ulfa dengan marah. Ulfa yang tersadar pun sangat malu, tidak pernah sekalipun dia melakukan hal seperti itu, bahkan ini pengalaman pertamanya.
"Kamu! Kamu gadis penggoda! Sengaja menggodaku!" Tuduhnya tanpa perasaan.
Ulfa hanya bengong tak sanggup bersuara, rasa malu membuatnya bungkam.
"Sekarang aku sadar,kamu tidak layak menjadi teman adikku, besok pagi kamu harus pulang!"
"Tapi mas...aku.. aku.."
"Aku tidak mau tahu! Aku tidak ingin rumahku atau adikku dicemari olehmu. Kamu membawa pengaruh buruk buat adikku, dan satu lagi jangan pernah hubungin adikku! Pantas akhir akhir ini nilainya merosot ,ternyata kamu yang mempengaruhi hingga dia suka ke diskotik!” Ulfa mendelik ke arah Antho
"Jangan melihatku seperti itu, kamu pikir aku tidak tahu ya?!"
Ulfa tetap diam...
"Kenapa tidak membantah, benarkan yang aku bilang? Kamu gadis perayu, yang suka berpesta!."
"Mas ini bukan kesalahanku sendiri, ini melibatkan 2 orang." Jawabnya dingin.
Merasa ucapan Ulfa ada benarnya Antho menjadi semakin marah.
"Pokoknya besok kamu harus angkat kaki!" ucapnya sambil meninggalkan Ulfa dengan rasa malu.
Ulfa merasa terhina, ia tidak pernah membenci seseorang, tapi hari ini ia memutuskan akan membenci Antho seumur hidupnya.

***
Kini setelah tahun ternyata rasa kebencian itu tetap ada.
Tapi kini ia bukan Ulfa yang lugu,yang pemalu,kini ia wanita dewasa yang mandiri,bahkan ia seorang model video klip papan atas.
" Apa hubunganmu dengan Matheo?"
Mendengar pertanyaan seperti itu, Ulfa terlihat geli dan tak mengerti.
"Bukan urusanmu, mas!"
"Menjadi urusanku, karena dia tunangan sahabatku. Kemarin dia menangis, melaporkan kalau tunangannya pergi liburan ke Puncak bersama model cantik. Dan dia menunjukkan fotomu."
“Kamu ini senang sekali ikut campur ya mas. Dulu kamu ikut campur tentang persahabatanku dengan adikmu, sekarang percintaan sahabatmu. Kamu terlalu protektif dengan orang sekitarmu."
"Aku akan melindungi orang yang aku sayangi, apalagi kalau itu melibatkan kamu."
“Siapa nama sahabatmu?”
“Namanya Monika.”
“Wah malang sekali dia,mempunyai tunangan yang tidak dipercayai dan memilih pergi dengan wanita lain.”
"Kalau yang pergi dengannya bukan kamu, si penggoda suami orang pasti dia tidak akan gusar. Tapi aku tidak bisa menyalahkan ketakutan sahabatku,dan aku juga tidak bisa menyalahkan Matheo sepenuhnya karena aku pernah menjadi korbanmu."
"Kalau kamu mau tahu mas, aku pergi sama Matheo karena dia fotografer handal. Dan kami sedang pemotretan!"
" Kenapa kamu suka sekali merebut pasangan orang sih?" Mendengar tuduhan seperti itu, Ulfa semakin berniat membuat Antho jengkel.
"Wah rupanya kau mengurusi percintaanku juga, mas?"
"Aku juga membaca tabloid gosip." Jawabnya datar.
"Jadi benar kamu pacaran dengan pengusaha minyak itu?"
"Kalau iya kenapa? Kamu keberatan?" Jawabnya hanya ingin memancing emosi Antho.
"Jadi kamu kesini cuma mau mengritik kehidupanku saja mas?"
"Tidak, selain ingin memastikan Matheo terlepas dari jerat bisamu, aku juga ada kepentingan denganmu."
Ulfa penasaran tapi ia malas bertanya lagi, jadi ditunggunya Antho melanjutkan kalimatnya.
"Aku ingin memberikan tawaran buatmu, karena tidak mungkin menawari pekerjaan kantor yang membutuhkan otak prima,aku menawarimu suatu jalan keluar. Menjadikanmu kekasih atau istri. Setidaknya aku belum menikah dan kamu tidak perlu takut dimaki-maki sama istri yang tidak rela suaminya menikah lagi."
Bagai disambar petir,tidak ada pernah yang pernah menghinanya selama ini, dan lagi-lagi pria ini kembali menghina harga dirinya. Setelah kekagetannya mereda ia langsung melayangkan tangan dan menampar Antho dan berbisik marah.
"Brengsek sekali kamu mas! Aku tidaklah serendah itu." Ucapnya berapi-api dan membuat Antho tersenyum, tapi tak bergeming sedikitpun. "Kamu semakin cantik Fa kalau marah begitu."

***
Antho membanting pintu apartemen mewahnya , hatinya dipenuhi amarah yang hanya bisa dilampiaskan dengan kegiatan fisik. Sebagai pengusaha muda yang sukses dia sangat mudah mendapatkan wanita. Bahkan tanpa mencari, sederet wanita sudah mengantri, dia hanya tinggal menggentikan ujung jari dan para wanita rela melakukan segala yang dia minta.
Ulfa gadis itu, mungkin sekarang bisa di rubah. Wanita itu yang membuat hatinya tidak tenang, selama 5 tahun dirinya tahan akan godaan untuk tidak mencari dan menemuinya. Dia hanya bisa memandang wajah ayunya di tabloid, yang sayangnya harus dikaitkan dengan skandal memalukan. Mengingat wajah Ulfa yang marah hatinya semakin marah, ia sadar sudah keterlaluan dengan kata-kata yang di semburkan, tapi harusnya itu layak diterima Ulfa. Antho membanting handuk yang tidak bersalah dan menuju ke dapur untuk mencari air - mungkin segelas air bisa mendinginkan gejolak amarahnya.

Telepon apartemen berbunyi , ternyata dari Emilia yang mengingatkan lusa adalah ulang tahun ayahnya yang ke 60. Membayangkan bertemu dengan relasi ayahnya semakin bermuka durja ia. Sebagai pinsiunan pEmiliak jaringan telekomunikasi, tentu pak Billy tidak merayakannya dengan sederhana.

***
Ulfa yang merasa terhina akan lamaran yang tidak pantas itu merasa jengkel,tapi anehnya kebenciannya tak seperti dulu lagi.
"Ulfa, manajemen SM sedang mencari model Asia untuk pembuatan single terbaru...tebak siapa?"
" Hah siapa? Aku belum baca, yang aku tahu YG entertain yang sedang sibuk promosi Gangnam Style ." 
 "Aduh Ulfa! Kamu 3 hari dipuncak kenapa berubah jadi orang udik sih?! Apa tidak  baca bbmku?"
" Yah maklum, aku menjauhkan segala macam alat komunikasi. Mungkin aku baca tapi hanya sekilas,bahkan teve pun aku tak menyentuh.
Itulah mengapa Ulfa tak tau tentang berita yang berkaitan dengan Donghae, ah impian Ulfa hanya 1 kalaupun tak bisa mendapatkan Donghae sebagai kekasih, tapi setidaknya ia bisa bekerja sama, dan kesempatan kini terbuka lebar. "Jadi ini bener kak? Kenapa memilih agensi kita?" Tanya Ulfa penasaran.
"Hyaaa! Bukan memilih, kamu kira perusahaan kita sedemikian terkenal sampai SM Entertainment mencari kita, aku mengirimkan cv kamu. Aku tahu itu impian terpendam kamu." Jawabnya dengan antusias.
"Dan tanpa sepengetahuan aku kak?" Tanya Ulfa pura pura merajuk.
"Ah kamu tidak mungkin marah sama aku. Kalau kamu tak suka, baiklah aku akan batalkan saja."
"Eh eh kakak, Ulfa cumanbercanda...Aku seneng,jadi ini jalan, kita Go Internasional kak..!" ucap ulfa dengan wajah berseri-seri, dilupakan sejenak masalah yang Antho timbulkan.
"Tapi Fa,”kata kakak Astrid pelan,ini hanya langkah awal, kamu harus tetap diseleksi. Bersaing dengan beberapa model,bukan hanya dari agensi lain, tapi model negara lain."
"Kak,kakak tidak usah sedih begitu, diterima tahap awal pun sudah membahagiakan."  Jawab Ulfa menghibur.
"Baiklah sudah cukup sedih sedihnya,kamu harus mempersiapkan diri, karena tahap seleksi awal di terima kamu harus berangkat minggu depan dan disana kurang lebih 1 bulan. Itu kalau kamu lolos disetiap seleksi. Ah sayang sekali ini tidak bisa dipublikasikan"
"1 bulan bersama Donghae, kak?" Tanya Ulfa sok polos dan yang mendapatkan lemparan penghapus.
 " Tak usah sok imut seperti itu!” Goda kakak sambil tertawa lepas.
"Ah kakak,aku memang imuuuut ..." Sambil mengedip ngedipkan mata genit.

***
Ahkirnya Ulfa menginjakkan kaki ,menghirup Udara Korea juga,sambil tersenyum ceria dia menunggu jemputan datang, dilihatnya beberapa wanita cantik juga sedang menunggu. Hmm..jadi ini nanti jadi sainganku mendapatkan Donghae. Ada  setitik rasa gentar, tapi Ulfa optimis. Tak apalah, Ulfa mendekati salah satunya, dan tersenyum ramah, bukankah ia orang Indonesia yang terkenal keramahannya?
"Hai" sapa Ulfa dengan senyum tulus. Si gadis yang lebih tinggi dari Ulfa pun membalas tersenyum, tapi berubah datar raut wajahnya. Tapi entah mengapa tidak membalas sapaan Ulfa, mungkin dikira Ulfa sok kenal sok dekat. Ulfa tetap mempertahankan senyum dibibirnya, tapi hatinya mendumel.. Oh sombong tenan bocah iki, tak percaya ia menggunakan bahasa ibunya dan membuatnya geli sendiri.
Wah Donghae,dia memang tampan... Ulfa tak bisa menahan jiwa liarnya ,jiwa anak anak remaja yang histeris melihat idolanya. Untunglah hampir semua model berkelakuan sepertinya. Hanya satu yang pembawaannya tetap tenang, ya si model yang sombong itu, Ulfa tak tahan untuk melempar senyum. Tak peduli kalau di anggap aneh, toh ia lagi berbunga bunga ketemu Donghae. Tibalah saatnya interaksi para model dan Donghae, Ulfa sangat menanti-nantikan kesempatan untuk bisa berbicara langsung.
“Annyeong haseyo, Donghae-ssi. Choneun Ulfa Imnida. Saranghaeyo” kata Ulfa asal-asalan sambil mengumbar senyum termanisnya.
“Annyeong, Donghae imnida. Nado Saranghaeyo” balas Donghae sambil memeluk Ulfa dengan hangat.
Seperti melayang rasanya mendapatkan pelukan Donghae, tak peduli beberapa model menatapnya iri. Siapa suruh mereka semua sok jaim, nyesel kan kalian . Ulfa terpilih untuk membintangi video klip lagu terbaru Donghae, tapi tidak tau kapan rilisnya karena SM ingin focus debut artis baru dan merilis album Super Junior terlebih dahulu.

***
Antho blingsatan tidak jelas, hubungannya dengan Emilia tak seperti kakak dan adik, ada jarak diantara mereka,
Ia sadar semenjak remaja Emilia susah di atur, bahkan sampai dipindah sekolah,mungkin sekolah asrama membuat adiknya seperti itu.
Emilia marah sekali, berani-beraninya kakaknya memaksanya berpisah dari sahabatnya,dan sahabatnya... Ah pantaskan disebut sahabat, dia tega menghianati kepercayaan Emilia.
Hatinya sakit, meskipun kadang kadang ia merindukan sahabatnya Ulfa. Seiring berjalannya waktu Emilia bisa melupakan Ulfa, dia belajar giat dan sukses meraih mimpinya. Ya ia seorang pengusaha handal diumurnya yang masih belia. Dan ia memiliki putri yang sangat dicintainya. Meskipun ia sering kali harus memilih,  pekerjaan yang tak ada habisnya atau putri mungilnya, dan sering kali pekerjaan yang memenangkan, putrinya harus diasuh sederet baby sister . Itu sering membuat Antho geram. Tapi ia hanya bisa menahan napas, karena Emilia seperti sengaja membantahnya.

Dua hari setelah mendarat Ulfa merasa lelah,tapi alangkah kagetnya dia membaca berita 'Ulfa berlibur bersama Adhitya sang Raja Minyak selama 1 bulan Ulfa dan berlayar menggunakan kapal mewah. Si istri yang merasa diabaikan suaminya membuat pernyataan resmi, kemarin menggelar jumpa pers .
Ulfa membanting tabloid itu ke meja, kepalanya langsung diserang migrain. Apa-apa an ini,kenapa ada berita yang menyudutkan dia seperti ini. "Kak kenapa bisa ada berita seperti ini? Apa sebenarnya yang terjadi sih? " Tanyanya lemah .
“Aku tidak tau Fa, besok kita mengadakan jumpa pers aja ya?” Kakak membujuknya. Ulfa menggeleng,tapi langsung tersadar mereka menggunakan telepon. “Tidak usah lah kak, biarin aja, toh aku tidak melakukan yang dituduhkan.”
Tapi mendapatkan surat undangan dari kantor polisi membuatnya muak, dan pengacara si- istri raja minyak pun sudah memberikan tuduhan yang sangat memberatkan. Aduh pusing sekali Ulfa. Dituduh ingin merebut suami orang, karena tidak bisa mendapatkan seseorang yang dapat menghidupi gaya hidupnya. Ah Ulfa sangat terpukul, selama ini dia tidak pernah berurusan dengan suami orang, dia hanya mendiamkan gosip selama ini,karena dia tidak mau dituduh sebagai artis yang tenar karena skandal.

***
“Ulfa benar benar tidak tahu malu,” batin Antho murka. Kemarahannya seperti tersulut, kenapa dia menolak tawarannya sedangkan Ulfa memilih berselingkuh dengan suami orang.
” Brengsek!” Makinya.
Entah apa yang merasukinya, setelah membaca gosip di tabloid Antho mendapatkan ide cemerlang.
Antho mendatangi kantor agensi Ulfa ,dan dia bertemu dengan Astrid.  Antho mengaku menginginkan Ulfa. Astrid marah, dikiranya ia menjual model-modelnya, tapi mendengar penjelasan Antho,  Astrid jadi berfikir dan berjanji membantu usaha Antho, apalagi kini Ulfa sedang mendapat tekanan batin.  Apa salahnya Astrid membantu meringankan beban Ulfa.
Astrid sudah mengatur agar Ulfa bertemu dengan Antho tanpa curiga, dan ia pun telah merencanakan kru infotaiment membuntuti Ulfa, karena Ulfa tak mungkin mengadakan jumpa pers dan menjelaskan situasi yang dia alami.
Astrid mengajak Ulfa menemui klien yang sangat potensial, yang akan menggunakan agensinya. Dan Astrid tetap merahasiakan siapa nama klien ini hingga Ulfa sempat emosi.
Alangkah kagetnya Ulfa menatap rumah itu lagi, setelah lebih dari 5 tahun, tidak ada yang berubah, sepanjang perjalanan Ulfa tertidur,dan kini ia hanya bisa membisu .
Turun dari mobil,beberapa kilasan berkelebat, hatinya tiba tiba merasa pias. Tiba tiba seorang anak kecil lari dan memeluknya,ah anak siapa ini, lucu sekali...
Dan disitu berdirilah Antho dengan angkuhnya, meskipun senyum manisnya terpampang indah. Ulfa berusaha meredamkan detak jantungnya,tapi tetap tak bisa, dia hanya bisa tersenyum kearah Om Billy, ayah Antho dan Emilia.
Emilia.. Ulfa merindukan sahabatnya, ia menatap Astrid meminta penjelasan, tapi Astrid rupa rupanya berpura-pura tak melihat dan langsung menyapa om Billy. Sambil menggandeng anak kecil itu, Ulfa menyapa Om Billy,dan anehnya langsung memeluknya dengan sayang.
"Om turut bahagia mendengarnya, Ulfa." Ulfa bertanya-tanya,tapi ia pikir ini soal ia bisa bekerja sama bareng Donghae.
Tapi tiba-tiba kaget,Antho memeluk dan mencium keningnya dan berkata... "Selamat datang dirumah." Ulfa masih kaget,dan tiba tiba sadar mereka diawasi kamera, ini acara apa? Tanyanya berbisik kepada Astrid
“Oh ini sehari bersama Ulfa dan kekasihnya...”
Hah... Ulfa langsung ingin marah.
"Tahan marahnya, Antho hanya ini ingin membantu kamu dari segala tuduhan dan tersenyumlah seolah olah kamu bahagia. Oh ya..jangan kecewakan pak Billy. Beliau tidak tahu kalau ini sandiwara Antho.” Sebenarnya Ulfa sangat mencintai Antho tapi tak pernah terpikir sedikitpun kalau Antho akan menggunakan cara ini untuk mengikat Ulfa. Sambil memeluk bahu Ulfa Antho tersenyum seolah olah menunjukkan kepada Dunia,bahwa Ulfa adalah miliknya.

Kamis, 11 Oktober 2012

RASA - KU


Ku kan melepasmu,bukan berarti  ku rela.tapi ku tau ku tak sanggup bertahan.untuk cinta yang tak berujung.
Ku tak sanggup menahan lelah..ku tak sanggup menahan  resah.
Lepas dan hempaskan dengan kehampaan hati.
Sakit ,perih..kutelah terbisa.
Hanya senyum di bibir buat ku mampu melangkah dan berlari tuk meninggalkan bayanganmu.

Bukan salahmu,juga bukan salahku,kalau aku mencintaimu.
Bukan salahmu atau pun juga salahku kalau aku kini membenci  rasa cinta ini.
Cinta harusnya tidak menuntut. Cinta harusnya rela berkorban.
Tapi aku tak sanggup mengalah,tak sanggup berkorban.
Ku ingin memilikimu utuh hanya untukku. Tak  mau berbagi dengan yang lain.

Ku tak sudi menangis karena cinta.
Ku tak sudi merana karena cinta.
Melupakanmu jalan yang harus ku pilih.
Tak mudah memang…tapi ini yang  harus ku pilih.
Kau membuatku kecewa…membuatku muak,membuatku ingin mengungkapkan isi hatiku.kebencian bukan karena tak bisa memilikimu.tapi karana kelakuanmu yang membuatku sakit.kebaikanmu membuatku tambah pedih.

Rabu, 10 Oktober 2012

CINTA UNTUK SAHABAT


Sahabat, maafkan aku mencintainya,aku tidak bermaksud  merebut dia darimu. Dia yang kamu cintai,tapi apa daya aku juga sangat mencintai dan mendambanya.

Meskipun aku ingin berhenti mencintainya…
Aku sudah lelah menanti dan berharap, sudah cukup hatiku merana…
Kelak kamu akan menyadarinya,berkorban untuk orang yang di cintai sangatlah membahagiakan.

Ulfa dan Adhit adalah teman satu SMP ,tapi mereka berbeda kelas. Pertama Ulfa mengenal rasa suka kepada lawan jenis adalah ketika melihat Adhit bermain basket.Dengan wajah oriental yang khas terlihat cool dan terkesan cuek di usianya,dia terlihat berbeda dari semua teman-teman sebaya.  Dari situlah Ulfa mulai mengidolakannya,meskipun hanya dari jauh.
Menginjak tahun ajaran kedua,pesona Adhit semakin bersinar dan tidak hanya membuatnya makin terpesona,bahkan seluruh anak perempuan di SMP itu juga mengidolakannya.Menyadari hal itu,Ulfa hanya berani menyukainya di dalam hati.
Tanpa terasa waktu cepat berlalu.Hari-hari yang indah penuh perasaan terhadap Adhit harus berakhir. Tapi Ulfa tetap bersyukur di penghujung SMP nya,Ulfa bisa bertatap muka  dan bertegur sapa dengan Adhit.

***

Hari ini adalah hari pengumuman penerimaan siswa,ribuan siswa dari berbagai SMP memenuhi aula.Ulfa juga termasuk salah satu siswa yang ikut berdesak-desakan di depan papan pengumuman. Matanya berkeliaran menjelajahi kertas yang tertempel di papan tulis itu. Akhirnya ia menemukan namanya,Ulfa Eka Wulandari,  di antara ratusan nama seakan tercetak dengan hurup tebal. Ulfa berhasil masuk di SMA favorit di kotanya. Ulfa keluar dari kerumunan itu dengan senyum mengembang. Merasakan sinar matahari yang sangat terik,dan baru tersadar ternyata tenggorokannya kering. Diputuskan mencari kantin untuk membeli minuman. Sambil menikmati minuman dingin yang dipesannya,matanya mulai menjelajah melihat-lihat suasana kantin yang akan menjadi tempat makan siang atau nongkrongnya selama tiga tahun ke depan.
 Pada saat itulah ekor matanya menangkap sesosok anak laki laki memasuki kantin,dan ia sangat kaget,karena sosok itu adalah Adhitya Pratama atau Lee Hyun Jun nama Koreanya. Saat itu pikirannya langsung sibuk bertanya-tanya,benarkah itu Adhit?Kenapa dia ada di SMA ini,mungkinkah Adhit  enggak jadi sekolah ke Korea?Mungkinkah masa SMA selama tiga tahun akan dilalui bersama Adhit lagi? Banyak pertanyaan yang muncul memenuhi isi kepalanya,tapi Ulfa cuma diam dan hanya melihat kearahnya tanpa berani menegur.

*

Terlihat Adhit memesan minuman dan mulai mencari tempat duduk,pada saat itulah Adhit melihat Ulfa dan tersenyum. Ulfa tetap diam,terlalu shock untuk mencerna apa yang harus dilakukan,hingga ia mendengar suara kursi ditarik dan Adhit duduk di hadapannya. Akirnya Ulfa bisa menggerakkan bibirnya untuk tersenyum.
“Hai..”suara Adhit terdengar jelas di depannya.
“Hai…”dengan susah payah Ulfa menjawab .
“Wah, kita satu sekolah lagi dong!Tadi kulihat namamu juga ada di papan pengumuman.”
Ulfa hanya menjawab pertanyaan Adhit dengan anggukan.
“Fa, kamu ke sini sama siapa? Sendiri?”
Kembali Ulfa menjawab pertanyaan Adhit dengan anggukan.Mungkin Adhit heran dengan sikapnya yang hanya bisa mengangguk setiap dia bertanya.
Adhit tetap melanjutkan ocehannya,tapi Ulfa setengah tak sadar,angannya melayang entah kemana.. hingga didengar Adhit memanggil namanya.
“Fa …!Kamu melamun?”Ulfa sungguh malu,bisa-bisanya ia melamun di saat Adhit dihadapannya dan berbicara.
“Enggak kok,cuma lagi berpikir saja,”jawabnya tergagap,Ulfa heran kenapa ia selalu merasa grogi.
“Berpikir apa?”cecar Adhit.
“Kok bisa ya kita satu SMA tapi enggak saling tau?Padahal kemarin kita sering bersama.”Jawabnya dengan lancar.Ulfa melihat Adhit tersenyum dan hatinya langsung berbunga bunga tak menentu.
“Sengaja lagi…buat kejutan,” jawab Adhit dengan tersenyum misterius.
“Hah ?!Apanya yang sengaja?”Tanyanya penasaran.
“Sengaja enggak ngasih tau Ulfa kalau aku daftar di sini.”
“Oh…”jawabnya singkat dan merasa  istimewa.
Tiba tiba Adhit menerima panggilan telepon,dia asyik mengobrol dan Ulfa memperhatikan dengan seksama. Lama-lama ia merasa jenuh kerena Adhit masih asyik ngobrol meskipun kadang-kadang melemparkan senyum maut kepadanya. Ulfa mengedarkan pandangan kesegala penjuru,dilihatnya seorang gadis manis yang ceria sedang tertawa sambil memeluk mamanya. Mungkin dia seperti kami,bedanya dia bisa memeluk mamanya .Dia tertawa sambil menangis, Ulfa jadi ikut terharu teringat sama bundanya sendiri.
“Maaf Fa, tadi dari teman , lagi bahas dia yang mau pindah ke Korea.. Ulfanenggak marah kan dicueikin?”
Kenapa ia harus marah. Ia tidak mungkin bisa marah,dan untuk kesekian ratus kalinya Ulfa mengangguk mengiyakan ucapan Adhit.
“Sudah mau pulang?Kebetulan aku bawa motor, aku antarkan ya?” Tawar Adhit . Tanpa menunggu dua kali Ulfa langsung mengangguk.
“Kamu tuh pendiam sekali ya?Kita sudah kenal tiga tahun tapi kamu selalu hanya mengangguk ataupun menggeleng.Benar-benar pendiam.”Tiba tiba  Adhit bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri.
“Jangan mengangguk lagi!” Goda Adhit,dan Ulfa hanya bisa tersenyum malu karena memang akan mengangguk lagi.
Berboncengan dengan Adhit,mimpipun ia enggak berani apalagi berharap. Tapi hari ini dia menawarkan diri mengantarnya. Ah senang sekali hatinya,belum pernah sekalipun Ulfa berboncengan dengan cowok,ayahnya tidak termasuk dalam hitungan meskipun ayah seorang cowok juga.
Adhit membawa motornya dengan kecepatan tinggi,mungkin sudah terbiasa . Padahal dia belum punya SIM,atau kalaupun punya pasti hasil tembakan yang memalsukan umur. Ulfa takut sekali,ia mengetatkan pelukannya,entah apa yang Adhit pikirkan tapi yang jelas ia merasa nyaman.

Berboncengan dengan Adhit selalu jadi rutinitas hari-harinya kini,hubungan mereka  pun sudah mengalami  kemajuan yang sangat pesat. Hati Ulfa semakin berbunga bunga, ia merasa menjadi kekasihnya Adhit.Ayah pun tidak keberatan Ulfa diantar jemput Adhit,tapi sepertinya ayah curiga Ulfa mencintai Adhit, tapi ayah menyimpan saja kecurigaannya.Hanya  ayah berpesan,Ulfa belum boleh pacaran,karena masih terlalu kecil untuk menjalani hubungan cinta. Ayah hanya mengijinkan Adhit menjadi sahabatnya,dan Ulfa hanya mengiyakan. Baginya,sebagai sahabat ataupun kekasih sama saja, Adhit tetap penuh perhatian dan selalu menjadikan ia istimewa. Tapi takdir tidak ada yang bisa meramal, kan?

Sudah tiga  bulan mereka satu sekolah, dan Ulfa mempunyai sahabat baru,persahabatan yang terjalin karena sama sama mengalami ketidak adilan. Kenapa ia katakan begitu,karena mereka sama sama kena hukuman waktu masa orentasi,bertiga mereka membersihkan halaman sekolah yang luasnya minta ampun. Dan sahabatnya itu bernama Revia Puspita damayanti. Dia adalah gadis yang pernah  dilihatnya dulu. Dia gadis yang ceria,yang penuh semangat dan  penuh ide untuk membuat kegaduhan. Dia berbeda seratus delapan puluh derajat dibandingkan dengan Ulfa.Mereka bertiga selalu bersama.Kadang-kadang Rere menginap di rumah Ulfa dan sebaliknya,tidak jarang Ulfa yang menginap di rumah Rere,dan menganggap mama Rere sebagai pengganti bunda.

Tak terasa waktu cepat berlalu, satu tahun,dua tahun telah terlewati,dan sekarang liburan kenaikan kelas tiga. Mereka  semakin sibuk dengan kegiatan masing masing, Adhit pun semakin jarang main kerumah. TapiUlfa tidak pernah sedih,karena Adhit memang sibuk latihan basket dan belajar. Rere tak kalah sibuk,dia sibuk kursus ini dan itu. Hanya Ulfa yang tidak banyak kegiatan,ia hanya membantu ayah di rumah. Oh iya,Ulfa dan ayah hanya tinggal berdua,dan hari ini ia sangat kesepian,teringat bunda. Sedih yang tak bisa dilukiskan,airmatanya menetes membasahi pipi,tapi Ulfa ingat bunda tak ingin ia bersedih. Ulfa kuat,batinnya.

“Dhit ,kamu bisa kerumah enggak? Aku bosen dirumah sendiri,nih.Main kerumah Rere, yuk?”ajaknya sewaktu menelepon Adhit.
“Maaf Fa ,aku mau pergi sama Papa,ada acara. Kamu nonton tivi saja ya.Lagian Rere juga sibuk kok.”
“Ya sudah deh,bye bye Dhit.” Ulfa mengakhiri obrolannya dengan Adhit.
Karena bosen  di rumah sendirian,Ulfa memutuskan untuk jalan-jalan ke toko buku,mungkin ada teenlit baru yang bisa dibeli,kebetulan uang sakunya masih banyak. Tanpa banyak pertimbangan ia langsung pergi.
Wah bener… Nggak salah nih ke sini, banyak novel baru dan bagus-bagus. Ulfa berkeliling untuk memanjakan matanya. Sayang ia tidak bisa membeli semua buku baru,jadi diputuskan membeli yang benar benar ia suka .Pengarangnya benar-benar produktif,ini novel yang ke-tiga puluh tiga.
Matanya berkeliling mencari lagi,siapa tau ia menemukan novel yang lain.Tapi Ulfa langsung menajamkan mata, saat dilihatnya dua orang sedang bergandengan mesra.Ulfa sadar,ia enggak salah lihat,itu Adhit dan Rere. Hatinya sakit,kenapa rasa sesak di dada membuatnya membisu. Jadi selama ini…
Adhit dan Rere,kenapa mereka harus berbohong? Ulfa tak akan mengganggu mereka, ia akan pura-pura saja,tapi hatinya tidak bisa berpura pura,sakit sekali. Ulfa pulang dengan perasaan yang hancur.
Sesampainya di rumah Ulfa baru sadar,ia belum makan. Dibukanya lemari es dan sialnya di situ hanya ditemukan mi kemasan dan sebutir telur serta cabai satu bungkus. Ia bergerak tanpa sadar, dipotong-potong cabai itu hingga setengah mangkok,direbus mi yang sudah terlebih dulu diremas-remas sambil menangis dan ia masak menjadi mi goreng.
Ulfa makan sambil menatap layar tivi,entah acaranya apa ia enggak peduli. Tiba tiba hapenya bergetar,terlihat namaAdhit tertera di layar hape. Ia ingin membiarkan,tapi tak tega,diputuskan untuk mengangkatnya.
“Halo…ya Dhit,ada apa malam malam nelpon?”
“Cuma mau tanya,Ulfa masih bête di rumah? Sudah makan belum?”
“Sudah…”jawabnya pendek.
“Makan sama  apa tadi?”
“Makan mi patah hati!” Jawabnya cuek.
“Hahaha…kamu ini ada ada saja sih?”Adhit menertawakannya,mungkin dia tak percaya.
“Adhit enggak percaya ya?”
“Fa kenapa kamu?Kamu lagi nangis ya? Kenapa Fa ? Ada yang mengganggu?” Adhit bertanya ,andai ia tak melihat adegan tadi sore pasti hatinya akan kegirangan. Tapi sekarang mendengar  pertanyaan seperti itu,dalam hati kecilnya merasa muak.
 “Aku masak pake cabe  satu bungkus,dan sekarang pedas sekali,makanya aku bilang ini mi patah hati spesial,soalnya aku makannya sambil nangis,” dustanya, tidak ingin Adhit tau ia sedang patah hati melihat dia bersama Rere.
“Kamu ini kenapa?Sudah tau sakit maag tapi nekat menyiksa diri.Kalau kambuh lagi bagaimana?!”  Omel Adhit ,lagi lagi Ulfa hanya bisa menarik napas sedih.
“Enggakapa apa kok, aku kan enggak makan cabenya. Namanya juga kepingin,apalagi di rumah sendirian.Jadi ya iseng saja.Engga bakalan sakit deh,tenang saja enggak usah khawatir.”Bantahnya dengan emosi.
“Kenapa sih kamu ini bandel banget di bilangin. Kalau di kasih tau membantah  terus kerjaannya. Kalau ada yang jual obat penyembuh ‘bantahan’  kamu sudah aku belikan.” Adhit tambah sewot mendengar bantahan Ulfa.
“Ya sudah kamu makan sana,aku mau tidur capek banget.”
“Ya iya lah cepek,habis jalan jalan sama Rere .”Jawab Ulfa dalam hati.
“Faaa… kamu kenapa diam saja?”
“Eh kan kamu sudah bilang mau tutup ya sudah,tutup saja!”
“Kamu ini kesambet apa salah makan cabe? Kenapa judes banget,engga ada manis manisnya. Enggak seperti biasanya.”
“Bukankah memang aku enggak pernah manis? Dari dulu ya beginilah Ulfa.”
“Stop!!!. Aku enggak tau ada apa denganmu?!!Tapi besok aku akan ke rumah.”
“Enggak perlu,besok kan minggu,kamu pasti ada acara sama pacarmu,” jawabnya tanpa pikir panjang.“Enggak usah peduli sama aku lagi,aku enggak suka sama orang yang munafik,pura pura baik tapi hatinya busuk.”Ulfa semakin tak terkontrol.
Entah apa yang di pikirkan Adhit.Dia terdiam dan dengan marah menutup teleponnya.Hatinya sakit.Berakhir,sudah berakhir. Ia akan kehilangan sahabat untuk selamanya. Bukan hanya satu tapi dua sekaligus.
Ulfa menangis lagi,kali ini bukan karena pedasnya cabe,tapi hatinya benar benar sakit.
Persahabatannya benar benar hancur.Kenapa harus Rere??Kenapa dunia enggak adil??Rere sudah memiliki segalanya. “Aku benci Rere..!!!” teriaknya  dengan penuh emosi. “Aku benar benar benci sama dia!Aku sudah mencintai Adhit sejak lama, mencintai secara sembunyi-sembunyi bukanlah hal yang mudah kulakukan Tuhan,kenapa aku harus kehilangan Adhit?Apa salahku??"

***
Jam sembilan pagi motor Adhit memasuki halaman,Ulfa masih cuek tidak beranjak dari depan tivi. Ini tidak seperti biasanya,ia selalu menjemput Adhit di teras,dibiarkan  Adhit masuk dan memanggil namanya. Ulfa masih cuek,tapi ia kaget ,ternyata Adhit tidak sendiri, ada Rere bersamanya.Hatinya seperti diiris sembilu.
Tapi hanya Rere yang menghampirinya. Adhit langsung keluar lagi,terdengar suara motornya pergi.
“Fa .." Rere  memanggilnya lembut.
“Kata Adhit kamu sakit? Oh ya dia balik mau ambil molen titipan mamanya yang ketinggalan.” Rere menjelaskan pertanyaan Ulfa yang tak terucap.
Gila Adhit,masa di bilang Ulfa sakit sih,eh … sakit hati saja. "Fa, kenapa diam saja?”
“Oh aku enggak sakit kok Re, Adhit saja yang salah dengar.”
“Jangan sakit dong,kita sedih kalau kamu sakit. Oh ya tadi malam aku sama Adhit ke Gramedia lho,beli buku nih,aku juga bawain satu buat kamu.”
Ya Tuhan,Rere menyampaikan  berita itu dengan santai, seolah-olah sudah seharusnya. Padahal baginya itu badai dahsyat yang memporak-porandakan pertahanan jiwa dan hatinya.
“Fa, kenapa sih kamu dari tadi diam? Bener sakit deh kamu.“
“Sudah berapa bulan?"Tanya Ulfa tiba tiba.
Rere langsung terdiam,sepertinya dia tau arah pembicaraan ini.
“Maaf…”
“Aku cuma tanya sudah berapa bulan? Aku enggak butuh maaf kok.”
“Sudah enam bulan. Maaf Fa,aku bener-bener enggak bermaksud merebut Adhit dari kamu. Dari pertama ketemu aku sudah jatuh cinta sama dia,aku tidak berani menyatakan karena aku pikir dia cowok kamu. Tapi  aku enggak tahan menyimpan perasaan,aku ungkapkan semua nya,ternyata Adhit juga ada rasa sama aku.Aku minta maaf,aku tau kamu dan Adhit dekat…tapi ijinkan aku memiliki Adhit. Aku mohon, Fa.”
“Kamu sahabatku, tapi cinta tidak bisa dibagi,”lanjut Rere. “Dari pertama kita jadian aku sudah berniat memberitahumu,tapi Adhit melarang..dia tidak ingin persahabatan kita hancur,karena kamu merasa terabaikan.”
“Kamu masih seperti yang dulu kan Fa, sahabat kita?Aku tau,tidak seharusnya aku berbuat ini ke kamu,tapi percayalah, kalau kamu mencintai seseorang,pasti kamu akan melakukan hal yang sama seperti aku.”
Melihat kejujuran Rere,air mata Ulfa mengalir deras dan hatinya seperti mau meledak.Tapi ia hanya bisa mengangguk setuju. “Selamat ya…”hanya itu yang  sanggup ia ucapkan,kalau tidak mau suaranya pecah dalam tangis.
Setelah mendapat persetujuan Ulfa,Rere merasa lega dan anehnya langsung pamit pulang.Lebih aneh lagi Adhit enggak kembali ke rumahnya. Mungkin mereka langsung melanjutkan acaranya.
Ulfa merenung,kenapa ia harus berubah menjadi egois hanya karena cinta? Kenapa ia harus sedih,mereka bukannya sengaja berbohong,tapi mereka takut ia akan sedih. Ulfa memang sedih,tapi ia harus memilih,cinta atau persahabatan. Benar kata Rere,cinta tidak bisa dibagi,cinta mudah dicari,meskipun ia sendiri tidak yakin. Tapi sahabat yang saling peduli hanya mereka.Ulfa harus merelakan dan melupakan cintanya. Persabatan mengalahkan segalanya. Dengan keputusan yang diambil ia akan menyimpan cinta Adhit dilubuk hatinya yang paling dalam.

"Selamat tinggal cinta pertamaku, cinta yang belum mekar tapi tetap tumbuh indah untuk di kenang kelak."

***


Selasa, 09 Oktober 2012

belum ada judul 2


Mama Rere adalah ibu Elly dan suaminya adalah bapak Dimas Yodoyono
yang sudah  bersahabat lama dengan ayah Emmil. Tak heran Emmil dan
Rere berteman sangat dekat semenjak mereka masih kecil.

Satu bulan kemudian…

Harry dengan napas terengah-engah mengetuk pintu rumah yang sudah dua
belas tahun ditinggalkannya. Sambil menunggu pintu rumahnya terbuka,
Harry membatin “Apakabar ya istriku Dini dan anakku Emmilia?”

Hari ini ayah Harry terbebas dari penjara. Emmil memang tidak pernah
tahu kalau ayahnya dipenjara, sepengetahuannya ayahnya pergi
meninggalkan Bunda semenjak dia masih kanak-kanak.

Bunda membuka pintu rumahnya dan tertegun melihat suaminya berdiri
disana. Tanpa sadar, air matanya langsung meleleh, memandang wajah
Harry yang semakin menunjukkan ketampanannya. Benar kata pepatah,
kelapa semakin tua semakin banyak santannya. “Mas Harry ,ah mas..”
Bunda Dini langsung memeluk suami tercinta...

"Seeetttttooooop!"  Teriak Emmil dengan kurang ajar. "Apa apaan ini?
Siapa dia Bun? Kenapa main peluk peluk Bunda? Cakep sih, tapi ...tapi
Bunda jangan mau kalau di peluk sama om om ga jelas gitu dong!" Emmil
tetap mengoceh tidak jelas.
Tak rela Emmil melihat Bundanya di peluk om-om cakep, sedangkan dia
saja hampir tidak pernah di lirik cowok.

“Ah anak ayah sudah besar rupanya,” ucap ayah Harry dengan wajah yang
penuh kekaguman dan mendekat memeluknya.
Emmil yang bingung hanya diam membisu, dalam hati berkata “Tak apalah
di peluk om-om yang penting ganteng, andai saja…..”
“Eh tungguuu.. anak?? Ayah?! Lah kapan Emmil punya Ayah, Bun??” Emmil
semakin bingung dengan situasi ini.

Akhirnya Bunda menceritakan semuanya ke Emmil, kalau ayahnya di jebak
oleh temannya Culnary di kantor. Dan sekarang Culnary melarikan diri
ke Hong Kong, menikmati hasilnya bersama istri yang setiap tahun
operasi plastic bernama Uliel. Ayah Emmil harus menanggung kesalahan
Culnary, maka dia dijebloskan ke penjara selama dua belas tahun.
Kasihan ayah Harry…

“Tapi kenapa selama ini Emmil ga tau Bun kalau punya Ayah? Mana
Ayahnya cakep gini, kan sayang ga bisa dipamerin..” ucap Emmil.
“Yah itu sih maunya Ayahmu aja biar kamu tidak malu karena Ayah
dipenjara,” jawab Bunda cuek.

Seperti biasa Rere selalu ada dirumah Emmil untuk baca komik atau
mencomot masakan Bunda. Seharian dia bengong heran melihat Emmil
menari nari riang sambil berujar “Rere.. Aku punyaaa Ayah! Ayahku
cakkeeeep! Ree aku punya ayah, ayahku ganteng...” terus menerus.
“Iya Emmilll..Rere sudah mendengar yang keseribu kali dalam satu  jam
ini..” balas Rere untuk kesekian kali hari ini.
“Rere tau ga?” Tanya Emmil tiba tiba dengan wajah serius. “Apa?” Tanya
Rere penasaran
“Sini aku bisikin..”
Rere pun mendekat ...
"Aku punya ayah." Cengiran Emmil terlihat lebar sekali.
“Ya Tuhan Emmmmmmiiiiil…cukuupppp…” Rere langsung lari ke dalam rumah
meninggalkan Emmil yang tertawa.

“Bundaaaa, Ommmm.. “ Rere berniat mengadukan tingkah Emmil yang sudah
meninggalkan ambang waras.
Tapi niatnya langsung hilang, Rere langsung ngibrit keluar lagi karena
dilihatnya om Harry dan Bunda Dini sedang memadu kasih (cuma senyum
senyum sambil pandang pandangan)
“Pantes anaknya sarap, lah Ayah sama Bundanya juga ga kalah sarap.”
Rere geleng-geleng kepala.

" Ah mending ke rumah Ulfa saja, siapa tau dokter Husni ada. Ah cakep
banget sih dokter itu.. “ Rere sebenarnya ingin naksir, sayang Emmil
melarang keras Rere dekat dengan musuh bebuyutannya.

“Sore Tante Achid, Ulfa ada?” Tanya Rere sopan saat Achid membuka
pagar rumahnya.
”Sore.. Oh temennya Ulfa ya. Wah Ulfa-nya pergi sama kakaknya dari
siang. Mungkin pulangnya rada malam.”
“Ya sudah deh tante, Rere pamit. Salam buat kak Husni ya tante..” ucap
Rere malu malu.
Achid hanya tersenyum maklum. Anak lelakinya memang tampan, persis
kaya papanya. Achid tidak habis pikir ada apa dengan anak sulungnya
ini, kenapa susah sekali kalau diajak membahas masalah hati. Anaknya
memang baik hati dan berjiwa mulia, persis seperti dirinya.

***

“Ah Emmil lagi gila. Bunda juga gila. Ih Bunda ga tau malu banget sih,
masa langsung luluh gitu sama om Harry, padahal kan sudah bertahun
tahun ditelantarkan.” sepanjang jalan Rere mengerutu terus sampai
dilihatin abang angkot dan beberapa penumpang. Mungkin dipikir ini
pasien rumah sakit jiwa yang sedang jalan jalan.

Sampai dirumah Rere, “Mama.. Rere pulang..”
“Weh tumben kamu sudah pulang?” Elly kaget melihat anaknya sudah ada
dirumah jam segini.
“Ah Rere lagi bete sama Emmil dan Bunda Ma. Mentang mentang om Harry
pulang, Bunda berubah jadi anggun dan Emmil jadi stres.” Jawab Rere
merajuk.
Elly adalah wanita  tenang yang sering mengelus dada melihat Rere
tumbuh menjadi gadis yang agak susah di atur, dia sadar anaknya sudah
semua terkontraminasi sama sahabatnya Dini dan anaknya Emmil.
“Papa kemana Ma?”
“Lagi nyari belut disawah sama om Ariev. Istrinya ngidam belut  tuh,
aya aya wae...”
“Eh Ma,emang om Ariev istrinya siapa sih Ma? Kok Rere lupa?”
Elly mendelik kearah anaknya, “Rere, bercandanya enggak lucu!”
“ Tapi memang Rere lupa siapa nama istri om Ariev.”

Rere semakin bête.

***

“Kak Husni…” panggil Ulfa manja. “Temen kakak yang dulu datang waktu
acara diumah siapa sih kak?”
“Oh itu Heri sama Daniel, kalau yang agak engga jelas yang suka ketawa
ketawa itu Adhit. Eh, jangan dekat dekat mereka ya”
“ Ih kakak, kan Ulfa cuma tanyaaa...” pipi Ulfa bersemu merah

“Kak...Hmm, yang namanya Daniel cakep ya kak...”
“Ulfa! Ga usah macam macam deh. Daniel sudah punya tunangan, kalau ga
salah namanya Amoy.”
“Hihihi.. Terus kakak kapan tunangan juga?” Tanya Ulfa usil, yang
langsung mendapat pelototan bengis. “Ih kak Husni jelek melotot
gituu..” rengek Ulfa manja. "Ya sudah ceritain tentang mereka, baru
Ulfa ga deket deket..”
“Etapi ga janji deh." tambahnya dalam hati.

"Daniel sudah tunangan, Heri baru putus dari ceweknya. Eits,tapi kamu
juga ga boleh dekat dekat. Dan Sony teman kakak di Rumah sakit. Sayang
kakak tidak suka sifat dia yang suka mempermainkan perasaan cewek,
bahkan pernah pasiennya sendiri dikencanin trus ditinggal gitu aja.
Gila ga tuh...” Husni tersenyum mengingat teman=temannya.
“Oh dan Adhit, dia yang paling parah. Kalau kita berlima ngumpul, dia
yang norak merasa boyband."

Ulfa senyum sendiri membayangkan salah satu dari sahabat kakaknya itu…

***


Emmil sedang naik pohon mangga didepan rumahnya lagi. Kali ini dia
hanya mencari cara untuk membalas dendam karena Husni sudah
menghinanya!
Cakep sih cakep. Dokter sih dokter. Tapi bagi Emmil, Husni adalah
seorang banci yang mainannya kucing hitam. Tapi bagaimana cara
membalas dendam. Menghadapi Husni secara langsung membuat Emmil
bergidik ngeri. Tatapan matanya...brrrrr, bukan terpesona tapi membuat
bulu kuduk Emmil berdiri
.
"Heh cewek galak! Ngapain ngintip aku?" Teriak Husni dari teras.
Emmil kaget dan untunglah dia tidak jatuh, tapi kemarahannya tersulut.

"Heh cowok sarap, napa panggil panggil? Kamu ini dokter beneran apa
gadugan sih?" Tanya Emmil tetap di atas pohon.
 "Ya beneran lah! Kamu kata aku yang di bigbrother, dokter gadungan?"
" Ha ha ha ha" Emmil ketawa ngakak, "Ah ga nyangka, cowok ganteng suka
nonton gituan. Ga cuma suka kucing hitam tapi nonton acara yang kaya
gitu... Ha ha ha."

Siyal,batin Husni murka, “Awas saja dasar cewek sedeng.”

***

“Wah Harry! Apa kabar cuk?” Sapa papa Dimas dengan slenge’an.
Dan ternyata, sifat Rere didapat bukan terkontaminasi Bunda dan Emmil
tapi dari papanya .

“Hoi cuk! Apa apaan ini, bukannya dapat pelukan hangat malah dapat
nyolot.” jawab ayah Harry tanpa sungkan.

Billy hanya tersenyum, ah dia merindukan kebersamaan bersama kedua
sahabat gilanya ini.

***

“Rereeee...” Teriak Emmil dikelas. “Kenapa sekarang jarang ke rumah?
Ah aku kangen kamu tauuuu!” Sembur Emmil tanpa rasa malu ,yang dapat
senyuman sinis dari Ulfa.
“Hei Ulfa..” sapa Emmil tanpa rasa sungkan. “Kenapa kamu ga bareng aku saja”
 "Ah aku diantar sama kakakku, kak Husni.” jawab Ulfa pamer.
Dan seketika membungkam mulut Emmil, yang membuat Antho heran. “Kenapa
Emmil kalahnya cuma sama Ulfa saja ya bang?” Tanya Antho ke si abang
galau.
 Si cowok cungkring yang dipanggil abang galau hanya mengangkat bahu
tanda cuek, mana dia mau peduli dengan sekitarnya.
“Eh Ulfa salam buat kakakmu ya,” kedip Rere dan disambut senyum manis Ulfa.

“ Eh Mil, tau ga istrinya om Ariev siapa sih? Masa Mama bilang kalau
istrinya om Ariev hamil? Mil kamu tau ga sih istrinya om Ariev siapa?”
bertubi-tubi pertanyaan Rere ke Emmil, dia tak mau berhenti mengobrol
meskipun bu Fetty sudah duduk manis di muka kelas.
“Ih Rere parah deh, keterlaluan! Masa kamu ga tau istri Om kamu
sendiri? Ga tau?!" Tanya Emmil dengan muka menyalahkan.
"Err.. Engga tahu. Emang siapa?" Rere mulai terlihat bersalah.
"Aku juga engga tau sih" jawab Emmil datar. "Ha ha ha..,” tawa Emmil pecah.

Rere melempar bolpoin ditangannya, yang sekarang bersarang di rambut Emmil.

***

“Bundaaaaa..” teriak Emmil dan Rere bareng saat mereka sampai dirumah Emmil.
“ Bunda di kamar sayang..,” jawab Bunda yang lumayan anggun, pecahlah
tawa mereka berdua.

“Hmm semenjak ada Ayah, Bunda agak aneh deh Re. Jadi kayak cewek, eh
maksudku kaya Mama orang lain. Sedikit masih kaya Bunda dulu, tapi ga
asik kalau di ajak bahas cowok. Apa takut sama ayah ya?” Tanya Emmil
tanpa minta jawaban. Rere hanya mengangkat bahunya tanda tak mengerti
juga.

“Eh Mil, mas Husni ganteng ya?"
“Eh Re... Dia musuhku! Awas kalau berani deket deket sama dia, kamu
kehilangan aku sebagai teman masa kecilmu dan selama lamanya!” Ancam
Emmil dengan egois.

***

“Ulfa, papa lihat kamu masih tidak akrab dengan Emmil?” Tanya Papa
Ojie dengan kalem.
 Dia mendapatkan laporan dari istrinya kalau Ulfa dan Emmil tidak akur
karena Emmil tidak sengaja melempar sandal ke Husty. “Kenapa kamu
tidak berlapang dada? Papa tau kamu sangat sayang sama Husty, tapi
sifatmu mengalahkan orang dengki kalau mendendam. Ndak baik nduk…"
"Ah Papa. Ulfa biasa biasa aja sih. Tanya saja kak Husni."  Ulfa
menatap kakaknya, mengharapkan dukungan.
 "Heem iya Pap, tapi Emmil emang kurang waras tuh. Masa nuduh Husni
dokter gadungan..." Husni menghampiri papanya.
"Husni, kamu ini umur berapa? Koq jawabanmu kaya adikmu saja."  Tegur
papanya tanpa memandang wajah Husni.

Senin, 08 Oktober 2012

belum ada judul


“Mil …ngapain kamu nangkring di situ???”teriak Rere yang geli melihat Emmil memeluk pohon mangga.
“Akirnya ada yang menyelamatkan ku… bantuin  usir tuh makluk menjijikkan dari hadapanku .”  Rengek Emmil.
Rere celingak celinguk mencari makluk yang di maksud Emmil,tapi dia tidak menemukan makluk  yang menjijikkan,dia hanya melihat seokor kucing hitam yang lucu dan gemuk sedang memandang Emmil.
“Ha ha ha…”  Rere ingat Emmil  memang fobia sama kucing. Padahal kucing itu lucu banget .
“Rere kok malah ketawa sih,bantuin aku.” Teriak Emmil   histeris.
Rere merasa kasihan juga,akhirnya diusirnya kucing itu,dan Emmil turun dengan selamat. Tapi sebelum Emmil bernapas dengan lega,ternyata  kucing itu di belakangnya dan mengagetkan dengan suara merdunya.
Emmil  reflek melampar sandal jepitnya dan tepat mengenai kucing itu,kucing itu sangat kaget dan berteriak lari terbirit birit.
“Ha ha ah, syukurin emang enak di lempar sandal.”
“Eh kamu tega ya Mil,dia kan ga salah. Lagi pula apa sih yang membuat kamu fobia sama kucing?”
“Aku engga fobia kok,Cuma benci aja,”
“Sama aja! dodol.”
“Bedalah ,fobia berarti kan takut,engga berani lihat,kalo aku ga takut kok,buktinya berani lempar sandal ke dia.” Bantah Emmil mempartahankan egonya.
“Lah kalo kamu engga takut ngapain coba kamu nangkring di situ?”
“H e ,itu engga ada hubungannya sama kucing, kata bunda ada tetangga baru pindahan,mau ngintip aja,kali kali ada cowok kerennya.”
“Dasar mata keranjang.” “ Re mana ada mata keranjang,yang ada juga mata hati lagi.”
“bodo ah,ngomong sama kamu capek hati ah”.
,“Hah emang  bisa ya hati capek,setauku yang bisa  capek  itu kaki.”
“Ngomong ngomong bunda ke mana?” Rere mengalihkan pembicaraan yang membuat dia mati kutu,debat lawan Emmil harus punya energy extra,karena Emmil akan mempunyai bantahan segudang untuk membenarkan pendapatnya.
“Eh kamu kesini nyari bunda ya?”
“Iya mama mau pesan kue, mau ada acara arisan keluarga . Bunda kemana?”
“ Engga tau,soalnya tadi bunda Cuma bilang keluar bentar kok, Tunggu saja.”                                                                                                           
        ***
“Mama .. mama..kenapa husty pulang pulang  kakinya pincang?”
Ulfa berteriak memanggil mamanya sambil menggendong kucingnya,lebih tepatnya kucing kesayangan kakak lelakinyanya. Kakaknya bisa marah dan mengomelin habis habisan,secara dia yang mendapat tugas menjaga dan mengawasi ,sebelum kakaknya pulang ke Indonesia. Disesalinya kenapa lupa menutup pintu,dan husty keluar tanpa sepengetahuannya.
“Mama!!”
“Iya ,ada apa kamu ini teriak teriak,malu sama tetangga,kita kan baru pindahan,masa sudah bikin kegaduhan.”tegur  Achid sang mama  yang tak di dengar sama sekali.
“Tapi ma,kaki husty pincang, kak Husni bisa ngamuk nih ma.” Lapor Ulfa dengan mata berkaca kaca,dia mengutuk  orang yang tega menjahati husty,bagaimana orang begitu tega sama binatang selucu dan seimut ini.
“ Kamu juga,kenapa engga di jaga? di sini kan engga semua orang suka kucing.” Achid ingat pembicaraan dengan jeng Dini tetangga kemarin tentang anaknya yang takut kucing.
“Ih mama gimana dong,mana besok sore kakak datang.”
“Ya sudah kamu bilang aja engga tau.” Jawab Achid ,kasihan juga melihat putrinya sedih begitu.
Kring …
Ulfa langsung menyambar telponnya,dia lupa kalo di sini yang tau nomernya hanya papa dan kakaknya,
“Iya halo dengan Ulfa di sini ,cari siapa ya?”
“Cari husty nya ada?” Suara seorang cowok yang sangat maskulin.
“Hah kak Husni,kok nelpon nelpon ngapain?” Tanpa Ulfa sadar hatinya deg degan,serasa kakaknya ada di hadapannya.
“Kakak sudah di depan nih,bukain pintu dong!”
“Ih ngapain sih pake telpon segala,kak Husni aneh.”
“Sudah cepet bukain pintunya,jangan bilang mama,mu bikin surprise nih.”
Setelah menutup telpon Ulfa semakin panik,kakaknya sudah sampai,bagaimana ini,apa yang harus di katakanya.
Dengan lunglai di bukakan pintu untuk kakaknya. Kakaknya seorang dokter muda  yang tampan, banyak temennya yang naksir,tapi kak Husni  tidak pernah mau meladeni,selain malas berhubungan dengan abg,kak Husni juga sudah…
“Ulfa kok kamu malah bengong,cepetan!”
“Eh iya,maaf kak.” Ulfatak melanjutkan  pikirannya mengembara lagi.
“Aduh adikku cantik banget,eh hust ke mana?”
“Ada di kamar.”jawab Ulfa takut takut.
Kenapa harus secepat ini. “ kak…  hust kakinya pincang.” Ulfa memutuskan bicara dulu sebelum kakaknya melihat binatang kesayangannya itu.
Husni langsung memutar badan dan menatap adiknya. “ maksudnya apa?”
“ ada yang mencelakakan hust,mungkin di lempar trus kena kakinya .”
“Ya sudah,aku mau lihat.”
Hah … kak husninya  engga marah.
Kak, kakak marah sama Ulfa ya?
“Kenapa kakak harus marah?ini kan juga bukan salahmu? Oh kamu dari tadi aneh karena takut di marahin kakak ya?”
“Iya,jadi kakak beneran ga marah?”
“Engga adikku yang manja.”
“Ah  kakak…  Ulfa  sayang sama kakak.” Ulfa langsung memeluk kakaknya tanda lega hatinya.
Kakaknya hanya bisa tertawa bingung,mereka memang dekat,tapi sudah lama sekali Ulfa tak memeluknya. Katanya dia malas di bilang adik bayinya, memang selisih umur mereka lumayan jauh,Ulfa baru tujuh belas dan Husni sudah dua puluh tujuh.
                                                                          ***
“Eh Rere datang ,gimana kabar mama?”
Bunda datang dan melihat Rere dan Emmil sedang asik baca buku.
“Akirnya bunda datang juga,Kabar mama baik,trus Rere kesini di suruh mama untuk pesenin kue sus ,buat minggu depan. Bisa engga bun?”
“Bisa sih,emang mau di bikinin berapa banyak.”
“Seratus bun,soalnya banyak  saudara yang suka sih.”
“ Eh Kalian ini ya hari libur kok pada di rumah,main ke sebelah sana ,kenalan,ada temen yang sebaya lo.”
“Cewek apa cowok bun? “ Tanya Rere norak.
“Cewek ,kenapa kalo cowok?” Jawab Bunda sambil meninggalkan kedua gadis itu dan menuju keluar lagi. Entah mau kemana.
“Kalo cewek ogah ah,kenal Emmil saja sudah ribet apalagi kalo ketambahan satu cewek lagi,repot aku.” Teriak Rerel yang merasa harus tetap memberikan jawaban kepada bunda meskipun bunda sendiri sudah menghilang entah ke mana .
“Buk … Aduh!!!” komik melayang dan tepat mengenai punggung Rere.
“Sakit tau,kamu nih demen banget nglempar ya? Tadi kucing yang jadi korban,sekarang aku. Mending Jadi atlit lempar lembing saja sana .”gerutu Rerel sambil tak melepaskan matanya dari komik.
“Ogah ah! Balikin komikku dong ?”
“ Ye kamu yang lempar kok,aku yang harus susah susah kembaliin.” Rere tetap tak beranjak.
“Emmillll…Rereeee… !!!” tiba tiba bunda lari tergopoh gopoh dari luar. Sambil terengah engah,mungkin capek berlari  marathon. “Ada cowok guanteng lo.mirip sama Lung Kan Fe”
Emmil dan Rere berpandangan dan langsung pecah tawanya. Mereka selalu begitu setiap kali bunda kambuh dan lupa statusnya sebagai orang tua.
“Ha ha ah ah…bundaaaa…” teriak mereka serentak dan tak lupa sambil menyeret bunda ke sofa.
“Di mana bunda?
 Bunda  lihat di mana?”  Serbu Emmil dan Rere bersamaan. Mereka sudah tidak canggung canggung lagi kalau sudah ngomongin cowok. Bahkan dulu bunda pernah di tegur sama mamanya  Rere , Harusnya bunda tuh anggun,bukannya ngajarin anak gadisnya beringasan seperti itu. Tapi semua di anggap angin lalu sama bunda. Makanya dia pun tidak bisa berkutik menghadapi keusilan Emmil … turunan, itu selalu jadi jawaban ampuh Emmil.
“Tunggu, biarin bunda napas dulu..  Kalian tau kan sebelah rumah ada tetangga baru..”
“Iya tau,tapi kata bunda ga ada cowoknya?”
“Emang,kemarin bunda kenalan Cuma sama bu Achid dan pak Ojie dan seorang anak perempuan ,seumuran kalian,bunda lupa namanya.Tapi tadi bunda lihat seorang cowok berdiri di depan pintu dan berpelukan sama gadis itu.”cerita bunda sambil tetap terengah engah engga karuan.
“Yah bunda… itu namanya sudah jadi milik orang.” gerutu Emmil dan Rere kecewa.
“Habis  kalian kalau sudah baca komik tuh sepi banget. Jawab bunda sambil cengengesan.
“Ohh jadi ini bunda cari keributan nih?  Cari gara gara nih sama kita? Mentang mentang kita lupa kalau ada bunda,Iya nih?” Tanya Emmil dengan tangan di pinggang,gaya seperti guru math nya yang sedang kasih ulangan,bercanda yang tidak lucu bagi keluarga lain.
“Eh tapi seganteng apa emangnya bun?” Tanya Rere  masih dengan mimik  penasaran.
“Engga tau,orang bunda Cuma lihat sepintas,lagian dari sini  engga begitu jelas,tertutup bunga bugenfil.”  Jawab bunda dengan cueknya.
“Eh naik pohon mangga aja lagi yuk Mill ” Ajak Rere lupa kalau ada bunda.
“Emmil !!!  kamu tadi naik pohon lagi? Sudah berapa kali bunda bilang,itu engga sopan,lagi pula anak perempuan kok  naik naik pohon,kalau jatuh lagi gimana coba?” bunda memang selalu melarang Emmil naik pohon,karena Emmil  pernah hampir meninggal gara gara jatuh dari pohon kelapa.tapi Emmil  sendiri engga trauma, Dan selalu memanjat kalau bundanya tidak ada.Aneh memang.
“Bunda…  emang kalau cowok engga bakalan jatuh ya?” bantah Emmil dengan sok polosnya.
“Emmil..!!!” teriak  bunda dan Rere serempak.mereka sudah tau engga bakalan selesai debat dengan Emmil.
Begitulah kehidupan bagi Emmil  selalu ceria,tiada hari tanpa tawa.meskipun tanpa sosok ayah  yang mendampingi,tapi bunda sudah memenuhi semua cinta yang di butuhkan.
                                                                       ***
“Mama…” peluk Husni dari belakang.
“Eh anak mama sudah datang ya? kok sudah sampai sih? Katanya besok sore?”
“Ih mama, engga suka nih kalau  Husni sudah sampai?” Rajuk anaknya,meskipun Husni  anak cowok, dan sudah dewasa tapi tetap manja dengan mamanya.
“Bukan gitu lah, Oh ya tuh si hust pincang.kamu sudah lihat? Jangan marahin adikmu,dia ketakutan tuh!”
“Belum,emang kenapa sih ma, Kok hust bisa sampai pincang?”
“Mama engga tau,mungkin dia nakal dan di sambit orang.”
“Tapi kan hust ga nakal ma? dia binatang lucu  baik lagi? Ga mungkin ada yang benci?”
“Yang bilang lucu kan yang suka,seperti kamu dan adikmu, coba kamu Tanya anak tante Dini tetangga sebelah ,pasti dia bilang lain lagi.”
“Emang anaknya tante sebelah benci kucing ya ma?”
“Hus ni benci sih mungkin tidak,tapi kalau takut kan sama aja. Kucingmu tuh kan selalu nempel nempel orang. Apalagi kalau dia gadis manis,Beda sama yang punya.”Goda mamanya.
“Ah mama bisa aja.aku kan bukannya ga mau deket sama gadis gadis itu ma, tapi mereka tuh selalu bikin risi deh.”
“Iya iya apa katamu saja,mama mah kalah debat sama kamu. Sudah sana tengok hust,mama lanjut masaknya  ,bentar lagi papa pulang .”
                                                                       ***
“Anak anak  kalian kedatangan teman baru ,pindahan dari solo.” Kata bu Fetty  membuka pidatonya dengan hikmat.
Rere dan Emmil cekikikan melihat betapa seriusnya Bu Fetty. Tiba tiba seorang gadis manis memasuki  ruangan dengan anggunnya. Suasana yang riuh berubah jadi senyap.
“Benar benar putri Solo dia “bisik Emmil di telinga Rere.  “Iya ,ga bakalan bisa berteman deh sama kita,bisa terseok seok dia mengejar kita.”
“Perkenalkan nama saya Ulfa Dwi wiguna,pindahan dari SMA 2 Solo.”
“Ya ampun suaranya saja bisa menyihir seisi kelas,merdu sekali.” Bisik Antho sang ketua kelas. Yang dapat pelototan Emmil,Emmil  paling sebal kalau Antho memuji gadis lain,haram hukumnya. Dan Antho hanya bisa mengkeret takut.
Seusai sekolah Emmil dan Rere langsung pulang menuju rumah Emmil. Tapi di lihatnya gadis itu juga jalan di belakangnya. Emmil merasa muak dengan gadis yang sok anggun itu,dari tadi dia sudah merebut perhatian teman temannya,mereka berlomba lomba ingin berkenalan. Awalnya  Emmil diam saja tapi setelah belokan ke dua Ulfa masih di belakangnya hatinya mendidih.
“Hai kenapa kamu ngikutin kami terus?” Sembur Emmildengan emosi, Rere  sampai terloncat kaget.
“Hah … siapa yang ngikutin kalian?”
“Kamu !!! aku  belok kanan kamu ikut,aku belok lagi kamu juga belok,apa namanya kalau bukan ngikutin.”
“Aku engga ngikutin,lagian geer bener sih,rumahku emang arah situ.” Jawab Ulfa dengan berani dan langsung mendahului Emmil dan Rere yang terbengong bengong.
“Aku engga nyangka,gadis selembut dan selemah dia berani menantang Emmil hebat dia. Eh Mill jangan jangan dia tetangga kamu lo? Yang baru pindah.”
“ Maybe.” Jawab Emmil cemberut.
“Bundaaaaa kami pulang.”Teriak Emmil dan Rere menirukan adegan  film Jepang yang mereka tonton.
“Bunda ada di dapur…” teriak bunda tak kalah noraknya.
“Eh bunda lagi bikin apa sih?” Rerel langsung menuju dapur,di lihatnya bunda sedang menghias kue.
“Ini bikin cake keju buat tante Achid…”
“Wah bunda langsung dapat pelanggan baru nih?” Rere langsung nyomot keju parut dan langsung di tepis tangannya.
“Tangan jorok,cuci dulu!”
“Ah bunda nih tau aja ,kalau Rere mau nyomot  Keju.”
“ ekspresi muka kalian tuh sudah menunjukkan  ,Bunda  sudah hafal,tingkah kalian, selalu begitu kan.”
“Emmil kamu asal ambil aja itu juga pesanan orang,kalian ini ya !? teriak bunda ,yang melihat Emmil mengendap endap di meja kue. “Yang  satu ga bisa lihat keju,yang satu engga bisa lihat lumpia..hem lama lama bunda hukum kalian lagi.”
“Maaf bunda”  dan  Mereka langsung lari kabur ,kalau bunda sudah bilang mau menghukum pasti  di laksanakan hukuman itu.engga tanggung tanggung.pernah sekali mereka makan pesanan lumpia orang,dan mereka menghabiskan delapan biji sekali makan. Bunda marah besar dan mereka di paksa makan makanan yang mereka tidak suka.Rere dipaksa makan durian dan Emmil dipaksa makan keju. Mereka sampai nangis Bombay dan merengek rengek minta ampun  dan berjanji tidak mengulangi lagi,baru bunda melepaskan mereka.Masih di dengar teriakan bunda yang menyuruh cepat makan dan suruh siap siap katanya satu jam lagi mereka mau ke rumah tante Achid.
                                                                         ***
“kak kok mama masak banyak banget sih ? emang mau pesta ya?” Tanya Ulfa kepada kakaknya yang sibuk membalut kaki hust. Meskipun engga ada luka dan sudah tidak pincang lagi,Husni sengaja melakukannya untuk melihat reaksi orang orang yang datang. “Engga pesta,hanya ngundang para tetangga untuk ngumpul ngumpul dan berkenalan .Gimana hari pertama sekolahnya?”
“Sekolahnya sih engga papa,tapi Ulfa sebel sama teman deh,masa belum belum sudah pasang tampang judes,eh barusan masa di bilang Ulfa ngikutin dia,aneh pokoknya. “Sebel deh.”
“ Sudah jangan menggerutu. Makan trus ganti baju,sebentar lagi para tamu kan pada datang.”
“Kak perasaan kaki hust sudah sembuh deh,kok malah di balut perban,kan jadi susah jalannya?”  Ulfa heran melihat kakaknya yang sibuk membalut kaki husty,setaunya dari tadi pagi kucingnya itu sudah tidak pincang lagi.
“Sengaja ,kakak mau lihat siapa kemarin yang tega menyakiti hust,kan kalau lihat hust di balut begini kan dia kaget,kalau perbuatannya itu keterlaluan.”
Oh ,ide kakak jenius deh. Ya sudah sekalian aja kak,di kasih betadine biar kelihatan ada lukanya. Ulfa ikut bersemangat dengan ide kakaknya. Dokter tapi kurang kerjaan.
“Oh bener juga tuh, sekalian biar dia merasa bersalah.”
                                                                       ***
“Bun, Emmil ga usah ikut ya ?malas deh…”
“Tapi Rere mau ikut kok bun.”
“Rere  ah ,engga setia kawan.” Bunda tak menaggapi rengekan Emmil ataupun antusias Rere.sudah jadi menu hari hari kalau mereka bersama. Melihat bunda yang cuek saja Emmil pun menurut meskipun dengan mulut manyun.
“Eh kok masih sepi  ya bun,katanya semua di undang, wah ini mau pamer atau apa sih bun?”
“Hus jaga mulut,ini membuktikan kalau tante Achid ingin kenal dengan semua tetangga.” jawab bunda bijak.
“O MY GOD..”bisik Rere, “ganteng banget,mirip yunho.”
“Ada apa sih?” “ Bener kata bunda ada cowok gantengnya. Dia lagi jalan ke sini tuh.tapi sial ,dia sama Ulfa.”
“Oh,ternyata dia pacarnya Ulfa,kok tuh cewek beruntung banget sih?”jawab Emmil dengan iri.
Setelah mereka berkenalan Emmil dan Ulfa saling tatap,mengukur kekuatan satu sama lain…
“Meong…” tiba tiba husty keluar dan mendekati sang majikan yang sedang berbiri di sebelah Emmil.
“Bunda..!!! kenapa ada kucing hitam jelek disiniiiii?” teriak Emmil mengagetkan keluarga tuan rumah.
Emmil langsung naik ke kursi,panic luar biasa,perutnya mual,dia melihat kucing yang sangat menjijikkan,kakinya di balut dan berdarah.Emmil i engga tahan,dan langsung melepas sepatu nya,tanpa pikir panjang langsung di lemparkan.Tapi kali ini tidak mengenai sang target.  Sepatu nya langsung di tangkap Husni.  Di pandangnya Emmil dengan kebencian. Dia sudah menemukan siapa kemarin yang menganiaya kucingnya.
Meskipun dia tidak bersuara tapi matanya menyiratkan kebencian membuat  Emmil takut. Tapi ketekutannya berubah kebencian juga.
“Oh jadi kemarin kamu yang melempar husty ya?” Tiba tiba Ulfa mengungkapkan kebenarannya.
“Aku mau pulang.!!!” Teriak Emmil meskipun tak beranjak dari kursi. “Rere, bunda ,aku mau pulang.” Ulang Emmil karena bunda dan Rere diam saja.
“Kalau mau pulang ya pulang,engga usah teriak teriak tapi engga beranjak.”Jawab Husni heran.
“Eh masa acara belum mulai kok mau pulang sih, sudah Fa bawa hust ke kamar,jangan boleh keluar.!” Tante Achid engga enak juga gara gara kucing suasana perkenalannya jadi kaku. Maaf ya jeng Dini.
“Yah mama kenapa harus hust yang jadi korban?” Meskipun dengan menggerutu Ulfa tetap menggendong hust dan memasukkan ke kamar.
“Kamu engga mau turun?” Bisik Rere yang engga enak juga, melihat kebencian Husni ke Emmil..
“Aku mau pulang saja.” Tekat Emmil.
“Dasar gadis aneh,sama kucing saja takut.”
“Aku engga takut,aku Cuma jijik aja.” Jawab Emmil dengan berani, "lagian cowok kok suka kucing,kucing hitam lagi,hiiii temenan sama nenek sihir,hiiiiii ". lanjutnya dengan suara berbisik.
“Eh! kamu pikir kucingku engga pernah mandi?”bisik Husni yang malu juga kalau ketahuan berantem dengan anak tetangga.
Maaf mas,bukan menuduh kucingnya ga pernah mandi,tapi Emmil  ini emang takut sama kucing. Rere berusaha melerai pertengkaran Emmil  yang pasti engga akan bakalan berhenti.
Re siapa yang takut? Bentak Emmil emosi.
Ampun deh,galaknya kaya nenek sihir,tapi takut sama kucing.  Husni  meninggalkan Emmil dan Rere. Emmil sudah akan menggambil sepatunya lagi berniat melemparkan kearah Husni  tapi langsung direbut Rere.