Minggu, 28 April 2013

Waktu


Ada banyak sisa gerimis yang enggan pergi dari bumi. Ada banyak hati yang masih mengharap adanya jawaban.
Andai jarak bisa kupersempit. Andai waktu pun bisa kuputar ke masa itu lagi. Akan ada banyak kata yang ingin kuucapkan.
Banyak kata yang sempat tak terucap. Hanya luka yang tergores terlalu dalam. Hati terasa pedih tak terperi. Hanya air mata sebagai pembasuh duka.
Setiap orang menemukan bahagianya sendiri. Bahagia yang begitu nyata. Sedang aku di sini bersama secangkir kopi bahkan masih mencari. Bahagia itu seperti tak pernah ada dalam hitungan takdirku.
Letih yang membuat hati begitu perih dan jiwa yang menjadi kering. Aku masih tetap mencari. Meski semua itu aku sadari hanya ada pada dirimu.
Cinta yang pernah aku titipkan dahulu seakan terselip di sudut hatimu. Tak terlihat olehmu atau pun terdengar di batinmu. Bagaimana aku membuat cinta itu membuatmu bahagia? Aku menatap wajahmu seolah hanya dirimu yang terpenting dalam hidupku. Luka yang tergores ini membuatku menjerit dalam duka. Ingin sekali aku menarikmu dan berlari dalam dekapmu. Mendekapmu erat diantara duka yang tersisa.
Secangkir kopi panas yang selalu kuhindari segera akan habis seperti waktu kebersamaan yang kita punya. Kemana pikiran kita ketika dua tahun tak pernah ada kata yang terucap? Kita mungkin begitu egois terhadap diri sendiri sehingga berpikir bahwa waktu akan terus menemani langkah kita. Nyatanya tidak.
Hembusan napasku mulai memburu. Kepalaku terasa berat saat harus menahan rasa sesal. Secangkir kopi ini membuatku merintih. Kita memang egois tak pernah menyadari waktu berlalu tanpa kata. Kita memang terlalu egois membiarkan waktu berlalu dalam kenyataan. Hatiku tak pernah sesakit ini. Aku tak pernah ingin berpaling dari dalamnya cintamu.
Melayang dan menghilang dalam angan saat tegukan kopi ini mengalir melewati rongga hatiku. Bayanganmu tersenyum dalam hembusan asa.
Aku belum menemukan jiwaku.
***
Tulisan Kolaborasi bersama Aini W.K

0 komentar: