Selasa, 23 April 2013

Love and Hurt - Pertemuan


Pagi ini Raisa masih sedikit marah sama bundanya. Bunda selama ini adalah keluarga satu-satunya yang dimiliki,tak pernah terpikir dia memiliki keluarga lain. Masa dimana pertanyaan tentang ayahnya telah lewat bertahun tahun lalu saat bunda dengan wajah sedih meminta untuk tidak pernah menyebut nama ayah. Raisa yang kala itu masih terlalu kecil untuk usianya pun seperti dipaksa dewasa dalam semalam. Dia memahami segala situasi yang bunda alami dan menerima semua tanpa pernah mengeluh sedikitpun.
Tapi setelah kenyamanan yang dia rasakan bersama bunda bertahun tahun kini harus terusik. Oke sekarang dia menempati kamar yang luasnya saja bisa menjadi lapangan futsal, Raisa melebih lebihkan yang di rasakan. Tapi benar,setelah semua yang dirasakan harus di obrak abrik oleh kenyataan yang terpaksa dia terima,demi bundanya. Angannya melayang pada hari dimana semua terjadi,seminggu lalu.
Seperti bisanya Raisa langsung pulang selepas kerja,entah dia tidak pernah berfikir untuk behandai handai dengan teman taman kerjanya,meskipun hanya sekedar nongkrong. Sifat Raisa bukanlah seorang tertutup,dia seorang gadis yang hangat ,sedikit keras kepala dan semaunya sendiri. Dia bisa tidak peduli sekitar ,namun hatinya selalu terbuka untuk segala sesuatu. Dia tidak akan tega melihat seorang ibu yang menjajakan dagangannya dan seorang bapak yang dengan mengangkut gerobak sampah. Tidak tega,hanya saja Raisa menyadari kesulitan hidup. Dia selalu melihat bundanya dengan susah payah mencari nafkah.
Seseorang pemuda telah duduk di sofa ruang tamu dengan wajah sembab,bahkan tidak repot repot menengok ataupun menjawab sapaan Raisa. Tidak ada firasat apapun yang mengiringi langkah Raisa sebelumnya. Bunda dengan wajah yang tak kalah keruh mendekati Raisa yang berdiri di pintu penghubung ruang tamu dan kamar tidur.
“Ra…” Bunda seperti ingin bicara tapi suaranya pecah dan digantikan oleh isak tangis.
“Bunda kenapa? Apa yang di lakukan dia?” Raisa sedikit keras dan menunjuk pemuda yang masih tertunduk. Meskipun Raisa seorang gadis tapi dia adalah pelindung bundanya selama ini. Bunda tidak bisa melanjutkan kata,masih tersedu dengan isak tangis yang semakin menjadi. Dirasakan bahu Raisa di sentuh,Raisa ingin menepis tapi seperti terkena sihir dia membiarkan,bahkan saat pemuda itu memeluknya erat.
” Adikku” hanya sepatah kata , Raisa seperti sudah mendengar beribu ribu kata penjelasan. Hatinya beku dan memandang ruang tamu dengan hampa. “Kenapa harus sekarang?” Ucapnya lirih,mungkin hanya dirinya sendiri yang mendengar ucapannya.
***
Raka memacu motornya dengan cukup kencang. Hujan rintik tak menyulutkan niatnya untuk pergi suatu tempat sebelum dia berangkat kerja. Ya,seminggu ini Raka selalu mengunjungi makam ayahnya yang baru saja meninggalkanya. Rasa sedih masih menyelimuti hidup raka,airmatanya selalu jatuh mengingat ayahnya,dan keluarganya. Ayahnya adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki,dan kini dia harus hidup sendiri. Kerasnya hidup telah membuat Raka mampu menjalani hari-harinya sendiri. Mampu menyelesaikan kuliahnya sebagai sarjana hukum dan bekerja sebagai pengacara. Terbesit dipikirannya tentang seseorang, tentang keluarga lain,tentang orang yang juga dia cintai. Entah sudah berapa lama Raka tak pernah lagi bertemu bundanya dan adik kecilnya, setelah perpisahan dengan ayahnya,ketika raka masih duduk dibangku sekolah dasar. Masih teringat jelas bagaimana raut muka sang bunda dikepalanya. Raka adalah orang yang cuek,namun dia sangat cinta keluarganya. Raka tak pernah ingin tau apa yang terjadi dengan keluarganya, karena ayahnya tak pernah ingin membicarakan hal itu bersama raka.
Dan sesuatu melintas lagi dikepalanya,“aku harus bisa menemukan bunda,dan aku nggak boleh gagal”raka berkata dalam hatinya. Mungkin bunda nggak pernah tau kalau ayahnya sudah tiada, dan raka harus memberitahu hal ini. Karena mereka adalah keluarga.
1 minggu setelah janjinya untuk menemukan ibu dimakam ayahnya,akhirnya tuhan mendengarkan doanya. Dengan perjuangan yang gigih,akhirnya Tuhan membawanya dalam suatu keajaiban, yaitu bertemu bundanya. Mereka berada dalam jarak yang jauh,dan kini raka berada didepan pintu rumah orang yang dia cari. Raka kemudian mengetuk pintu rumah itu. Tak ada jawaban. Untuk yang kedua kali dia mengetuk dan mengucapkan salam dan masih tak ada jawaban. “Kalo yang ketiga ini nggak ada jawaban,lebih baik aku pulang saja”, kata raka dalam hatinya dengan nada kecewa.
Namun ketika dia ingin mengetuk pintu,seseorang wanita tua membuka pintu tersebut. Raka masih ingat senyum itu,raut muka dan mata wanita itu. Tanpa sadar airmata raka jatuh..“Bu..bun..bunda” ucapan raka terpatah bersamaan airmatanya yang jatuh.
“Ka..kamu ra..” Tak sempat bundanya selesai mengeja nama raka,raka langsung memeluk bundanya. Airmatanya mengucur deras tak tertahan, begitu juga dengan bundanya. Hampir 20 tahun perpisahan akhirnya raka menemukan bundanya. Kemudian mereka bicara diruang tamu,dan raka menceritakan semua yang telah terjadi,raka menceritakan tentang ayahnya yang telah tiada.
“Ayah udah pergi bun,ayah udah meninggal”,kata raka. Bunda terdiam,airmatanya kembali jatuh.“Ka.ka.kapan” bunda bebicara terbata-bata. Sudah hampir 3 minggu yang lalu bunda” kata raka. Bunda lalu menangis terisak-isak,terkejut mendengar berita yang kubawa.
Tiba-tiba seseorang gadis yang cantik masuk kedalam rumah. Tanpa sadar pikiran Raka langsung mengarah kepada sesorang yang juga dicintainya, yaitu adiknya. Raka hanya diam ketika gadis itu menyapanya.
Bunda.. Itu…”“Iah itu raisa” kata bunda memotong perkataan Raka. Lalu bunda beranjak mendekati gadis itu,mendekati raisa. Raka melihat mereka bercakap-cakap. Raka melihat raut wajah Raisa berubah, tampak marah. Tanpa pikir panjang,Raka kemudian mendekati mereka,berjalan pelan kearah Raisa. Raka kemudian memegang pundak Raisa,kemudian memeluknya.“Adikku”, Ucap Raka.
Raisa mungkin sedikit marah sama bundanya,tapi hati kecilnya tetap merasa bahagia. Menatap kamar yang ditinggali kini membuatnya tersenyum sinis. Jadi selama ini ayah dan mas Raka nya hidup mewah? Sedang bunda dan dia harus mengais rejeki untuk bertahan hidup. Raisa menyesali keputusan ayah dan bundanya untuk perpisahan yang sampai sekarang bundanya tidak pernah mau mengungkapkan apa penyebab semua itu.
Raisa mendengar pintu kamarnya diketuk dan membiarkan terbuka berlahan. Kepala Raka menyembul sambil memberikan senyum sayangnya. Raisa membalas senyum itu,dalam hati dia harus mengakui,mas nya itu seorang pria matang yang sungguh menawan. Pasti banyak gadis yang tidak segan memelototi nya. Di usia yang masih tergolong muda sudah sukses sebagai pengacara. Raisa ingin berteriak mengabarkan kepada dunia kalau dia sekarang memiliki seorang kakak yang super seksi. Ups…Raisa menghentikan segala pikiran nakalnya.
” Masuk saja mas, Rara lagi lihat album foto kok,ini yang foto semua mas Raka ya?” Raisa melihat wajah Raka bersemu merah dan melangkah masuk. “Mas Raka cuma hobi kok sa,belum ahli.
“Tapi bagus bagus kok mas, keren.” Raisa bukan memuji dengan omong kosong,tapi memang hasil potretan mas nya ini keren.
Mereka seperti teman lama yang terpisah,belumlah banyak obrolan,kecanggungan masih tampak oleh keduanya.
***
Ahh.. Setelah perpisahan yang lama akhirnya kami dipertemukan lagi” Raka bicara sendiri sembari melihat bundaya sedang memasak dirumah raka, yah rumah mereka juga. Raka kemudian mendekati Raisa,adiknya yang mulai tumbuh dewasa. Raka mendekati raisa yang sedang duduk di ruang keluarga sembari matanya melihat seisi rumah,masih tak percaya.
“Yah beginilah keadaan rumah ini ra,agak berantakan,nggak punya banyak waktu untuk ngerapiinnya” kata raka.
“Nggak papa mas,ra ngerti kok,mas kan sibuk” Raisa tersenyum. “Jadi mas tinggal sendirian dirumah yang besar ini ya?” Tanya raisa.
“Iah,kemarin sih sendirian,setelah ayah nggak ada,tapi kini bertiga kok,sama kamu dan bunda”, Raka tersenyum juga, Mereka tersenyum bersama. Ada rasa canggung dalam obrolan raka dan raisa,yah mungkin karena ini adalah awal raka dan raisa bertemu. Raka sama sekali tak tau tentang kehidupan raisa,sifatnya,kebiasaan,kesukaannya dan lainnya.“Kamu sibuka apa sekarang ra? Kamu kuliah ya ra? Tanya raka.
“Aku nggak kuliah mas,nggak ada biaya. Aku kemarin kerja,tapi udah berhenti, sekarang bantu-bantu bunda aja.” Jawab Raisa.
Raka terdiam,betapa ada perbedaan yang jauh antara kehidupan raisa bersama bunda dan raka bersama ayahnya. “Kamu kuliah ya nanti,kamu harus ngelanjutin sekolah kamu terus,kamu harus kuliah ra”Raka mendekatkan dirinya kepada Raisa.
“Tapi aku nggak punyaa..”. Raka lalu memotong ucapan Raisa “Udah jangan pikirin semuanya,yang penting kamu kuliah,persiapin diri kamu,semua biaya apapun,mas yang tanggung,yang penting kamu kuliah. Mas pengen keluarga kita jadi keluarga yang lebih baik dan mas nggak akan menyia-nyiakan anugerah yang udah Tuhan kasih.”Kata Raka.
“Iah mas,makasih ya mas”,lagi-lagi raisa menangis. “Udah jangan nangis ya” Raka mengusap kepala raisa,bersamaan dengan panggilan bunda mereka untuk mengajak makan siang.
“Raka,Raisa makan dulu yuk“,panggil bunda. ” Iah bunda”, jawan raisa dan raka bersamaan,kemudian mereka tertawa.
Memiliki kakak memang menyenangkan,segala kecanggungan seakan sirna. Mungkin karena kami ber dua sama sama merindukan kehadiran keluarga lain. Raisa kini sibuk kuliah,bunda mengurus Rumah Raka dan mereka hidup bahagia. Tapi benarkan kehidupan seperti dongeng bahagia selama lamanya? Raisa melihat mas nya sibuk luar biasa berangkat pagi pulang malam,kadang bahkan tidak pulang. Kehidupan Raisa seperti berbalik seratus delapan puluh persen dari kehidupannya dulu. Kini tak perlu memikirkan untuk mencari uang untuk bertahan hidup. Segala kebutuhannya dan bunda di tanggung Raka,dan harta peninggalan ayahnya pun tidak sedikit. Raisa masih penasaran dengan perpisahan orang tuanya. Apalagi semenjak kedatangan seorang wanita yang mencibir dan sedikit menghina bundanya. Untung bunda sedang keluar sama mas Raka. Raisa menyimpan semuanya sendiri,hanya bisa menebak nebak siapa dia. Namun dialog yang terjadi membuat Raisa membungkam mulutnya. ” Anda cari siapa?“,ucap Raisa.
Huh,cari siapa? Kalian tidak tahu malu? Puas kamu dan ibumu?Kamu ingin tahu. Lebih baik kamu tanya sama raka siapa saya, biar kamu tahu semuanya.” Raisa hanya terdiam mendegar wanita itu bicara. Raisa hanya menyimpan rasa sakit yang mendalam melihat raut muka wanita itu.
Raka baru pulang bersama ibunya. Raka menemani ibunya belanja untuk makan siang dan malam. Raka melihat rut wajah raisa yang tak mengenakan,diam,tak seperti biasanya.
“Raisa,kamu kenapa” tanya Raka.
Engg.. Nggak kenapa-kenapa mas” jawab Raisa.
“Kok kamu diem gitu,kayak ada yang kamu pikirin?,ada apa?”.
Nggak kok mas,cuma pusing mikirin tugas-tugas kuliah.” Jawab raisa.
“Oh,,yawdah,kalo perlu bantuan bilang aja sama mas ya“.
Oke mas“. Raka kemudian beranjak menuju kedapur,membawa barang-barang belanjaan.
Malam ini Raka sedang tak sibuk, tak ada pekerjaan yang akan di kerjakannya,selain mempersiapkan diri untuk menangani kasus kliennya 2 minggu lagi. Tiba-tiba pesan masuk ke handphone raka,dan sms itu mengejutkan raka,dan Raka tau siapa yang mengirim sms itu.
” Hei raka,inget ya,,aku nggak akan biarin keluarga kamu bahagia. Kamu udah ngusir aku dari rumah itu,dan aku nggak akan tinggal diam. Aku berhak mendapat harta warisan ayahmu. adik dan ibumu hanya bisa menikmati harta ayahmu.mereka tak tau apa-apa. Aku kasian melihat adikmu tadi,hanya terdiam saat aku bicara padanya.”
Raka hanya bisa menahan emosinya. Raka tak membalas pesan tersebut,raka tak ingin berurusan lagi dengan wanita itu,ibu tirinya yang hanya menginginkan harta ayahnya. “Bicara sama raisa?,apa dia datang kemari?,tunggu mungkin raisa diam karena hal ini,karena ibu tiri itu datang kerumah ini dan bicara yang tidak-tidak?” Dalam hati raka membatin. Raka kemudian beranjak menuju kamar Raisa.
Raka mengetuk pintu kamar adiknya,tanpa mendengar sahutan dia membuka dan melangkah memasuki kamar adiknya. Raisa hanya memandang Raka dalam diam,bahkan saat Raka menghampiri dan duduk ujung ranjangnya.
 Ra,kita harus bicara,maaf kalau mas selama ini menutupi kenyataan,dan maaf kalau kamu harus tahu dengan cara seperti ini.” Raka memulai pembicaraan meskipun Raisa masih tak menanggapi.
” Mas sengaja tidak mau mengungkitnya, dia tante Meta,istri ayah. Dulu mas menganggapnya ibu,semenjak bunda pergi mas dekat sama tante meta. Tapi mas sadar, tante Meta tidak tulus mencintai ayah,”
Raisa memangdang Raka dengan diam,memangnya penting ya? Batinnya. Aku dan bunda tidak pernah berharap mendapatkan warisan ayah. “Mas tidak tahu apa yang diungkapkan tante Meta.”
“Oh ga ada kok mas,Rara saja sudah ga inget kok sama tante itu.” Raisa membiarkan Raka menceritakan segalanya,tapi sampai cerita usaipun mereka berdua tidak pernah tahu apa yang menyebabkan perpisahan kedua orang tuanya. Karena tante Meta bukan penyebabnya.
Raka tak akan menyembunyikan apapun tentang ayahnya dan tante meta. Raka telah menceritakan semuanya dengan raisa adiknya. Sejak kedatangan tante meta waktu itu, tante meta tidak pernah lagi menampakan dirinya. Raka juga bingung,tapi raka tak perduli dengan hal itu, raka hanya ingin memikirkan keluarganya sekarang.
1 bulan kemudian..
Raka mengambil ponselnya dengan cepat, membuka Log telepon di handphonenya dan menelpon raisa. Tak ada jawaban. Raka kemudian menelepon lagi. “Halo mas Raka,maaf mas,baru keluar kelas nih”, ada apa mas?“,tanya Raisa.
“Bunda Ra,bunda jatuh di kamar mandi,mas lagi dirumah sakit sekarang.” Jawab raka tergesa-gesa.
“Astaga bunda”, Raisa menangis.
Kamu kesini ya sekarang,ke rumah sakit Pelita Harapan“.
“I.iiya mas,aku kesana sekarang“, Raisa memutuskan teleponya,dan tanpa bergegas pergi dengan airmatanya.
20 menit perjalanan ke rumah sakit,terasa lama bagi raisa. Perasaannya tak tenang memikirkan kondisi bundanya. Raisa telah sampai drumah sakit,bergegas dia menuju ruangan yang telah diberitahu raka lewat pesan singkat. Raisa masuk keruangan dan melihat bundanya terbaring, airmatanya semakin deras jatuh.
“Bunda belum siuman Ra” ucap Raka. Raisa hanya menangis. Raka kemudian mendekati raisa dan mengelus kepala Raisa. “Kita berdoa buat kesehatan bunda ya Ra”. Raisa kemudian memeluk raka dan menangis.
Entah takdir yang kejam atau memang sudah saatnya tiba,bunda terkena struke dan tak sempat sadar. Satu minggu setelah kejadian tersebut bunda menghembuskan napas terakhirnya di samping Raka dan Raisa.
Raisa berduka terlalu dalam,dipelukan Raka dia tak berdaya. Raisa tak sendiri, raka pun berduka sangat dalam dan mereka berdua merasakan sebuah kehilangan yang sangat mendalam. Raisa dan Raka menangis bersama.
Rasa duka cita meliputi suasana pemakaman. Semua orang yang hadir tenggelam dalam rasa haru. Raisa masih tak berdaya menghadapi kenyataan yang harus dia terima, kehilangan bunda satu-satunya yang dia miliki. Bunda dimakamkan tepat berada disamping makan ayah  Raisa dan Raka. Walau dengan keadaan yang berebeda, tapi kasih dan cinta mereka selalu ada. Setelah pemakaman berakhir, Raka kembali kerumah untuk melihat keadaan Raisa. Airmatanya belum bisa berhenti jatuh. Raka mendekati Raisa dan memeluknya.
Kita harus kuat menghadapi ini Ra, kita sekarang cuma bisa berdoa untuk mereka, untuk bunda dan ayah agar mereka bisa mendapat tempat yang layak disana”, Ucap Raka pelan. Raisa hanya mengangguk dan menguatkan pelukannya.
Tiba-tiba seseorang menghampiri mereka, berdiri didepan Raka dan Raisa. Raka dan Raisa terkejut atas kedatangan tante Meta.
“Tante turut prihatin atas keadaan ini ya Raka, Raisa. Tante juga minta maaf kalo tante ada salah sama kalian, sama bunda kalian. Maaf kalo sudah buata kalian susah dan mikir macem-macem. Yang terjadi sebenarnya itu nggak seperti yang kalian pikirin”, Tante Meta mencoba meyakinkan Raka dan Raisa.
Sudah te, nggak papa kok. Semuanya udah terjadi, mungkin kita cuma ada salah paham dan nggak terlalu tau dengan yang sebenarnya terjadi”, Dengan pelan Raka bicara pada Tante Meta dan Raisa hanya terdiam.
“Sekali lagi Tante minta maaf ya Ra,” Tante Meta menggenggam tangan Raisa kemudian memeluknya. Raisa hanya bisa menangis dan membalas pelukan tante Meta.
hmm., tante Meta sendirian ya kesini?”, Tanya Raka.
Nggak kok, tante sama temen tante”. Tante Meta kemudian memanggil temannya tersebut.
Na, ini Raka sama Raisa, Anak-anaknya Bunda Shela dan Pak Rangga.” Tante memperkenalkan Nana pada Raisa dan Raka.
“Saya turut berduka atas kepergiaan bunda kalian ya, dan juga atas kepergiaan pak Rangga“, Ucap Nana.
Raka hanya tersenyum kecil. Raka kemudian berkata dalam hatinya, Raut muka wanita ini kayaknya nggak asing, kayaknya aku pernah ketemu nana, tapi dimana ya?. Tanpa memikirkan lebih jauh, raka hanya menganggap hal itu cuma perasaannya saja.
Nana ini yang sering bantu tante ngurusin keuangan Ayah kalian dulu, dia juga kenal baik dengan Ayah kalian kok”, ucap Tante Meta.
Nana juga seperti tak asing melihat sosok Raka. “Kayaknya aku pernah ngeliat Raka deh, tapi dimana,kapan ya?hmm, kok jadi penasaran ya”. Nana membatin.
Mas, aku permisi dulu ya, aku mau kekamarku.” Kata Raisa.
“Oh, yawdah, kamu kekamar aja, istirahat ya Ra, tenagin diri.”
Rara permisi dulu tante, mbak Nana”.
“Iya silahkan ra“, Ucap tante Meta dan Nana bersamaan. Dengan langkah yang goyah, Raisa beranjak menuju kamarnya.
Raka menatap tante Meta dan Nana bergantian,segala rasa kebencian kepada tante Meta pun seperti menguap. Dia menerima uluran tangan tante Meta. Raka pun menyadari,Tante Meta bukanlah orang yang patut di benci. Bagaimanapun Raka pernah menganggap tante Meta ibunya,dan sekarang Tante Meta adalah kerabat terdekatnya setelah Raisa.
Tulisan Kolaborasi Dyaz Afryanto (@dyazafryan) dan Aini W.K (@baelovesee)

0 komentar: