Selasa, 09 April 2013

Serpihan Rasa


Hanya dalam hitungan beberapa menit saja malam akan berganti pagi dan hari akan menjadi baru. Ada secangkir kopi penghilang rindu yang telah kusiapkan untukmu. Aku tahu itu adalah kesukaanmu.
Aku masih menunggu setidaknya sampai detik ini. Entah apakah kamu tahu atau kamu memang ingin aku menunggu, hingga tak ada satu pun kabar darimu.
Mungkin kamu akan membuatkan kejutan untukku. Kejutan paling manis di tahun ketiga kamu mengenalku.
Kejutan yang aku harapkan dan impikan membuat aku sedikit tersenyum. Apakah kejutan ini akan menjadi kenyataan di tahun ketiga ini? Harapan ini selalu membuncah di hati meskipun tahun-tahun sebelumnya menjadi harapan kosong. Aku memandang layar ponselku untuk kesekian kali. Hening dan sepi seperti malam ini.
Aku memandang jam yang menggantung di dinding, bunyinya membuatku semakin menjadi kelu. Apakah segala harapan akan memudar lagi? Aku menggeleng menolak segala pikiran yang tak masuk akal. Masih ada waktu, masih ada waktu yang tersisa di hari ini. Aku tetap menunggu apapun yang terucap dari bibirmu.
Berulang kali aku melihat keluar jendela berharap kamu tiba-tiba ada terbentuk nyata. Namun tetap tak ada satupun tanda kedatanganmu, bahkan siluet bayanganmu saja tak nampak sedikit pun.
Beberapa menit lagi adalah ulang tahunku. Tak ada hal yang lebih aku inginkan selain sebuah ucapan selamat darimu. Kamu tak perlu mengucapkannya langsung dari bibirmu, sebuah pesan yang kamu kirimkan saja sudah cukup untukku.
Aku tak membuat perayaan, tak ada kue ulang tahun atau makan malam romantis di bawah sinar rembulan atau puluhan lilin yang menerangi bersama denganmu, hanya ada secangkir kopi pahit dan kue pukis kesukaanmu.
Aku tak membutuhkan itu semua. Itu bukanlah hal terpenting untukku saat ini. Kebersamaan denganmu dan melihat senyummulah yang membuat ribuan kupu-kupu kembali berterbangan di perutku.
Aku menatap nanar kegelapan malam, apakah hariku akan segelap ini? Aku tak ingin membiarkan hariku menjadi sekelam malam. Aku melangkah dan seperti seorang robot tanpa remote control. Aku mengepak beberapa helai bajuku kedalam tas ransel hitamku. Kupandang kopi dan kue yang sekarang mulai  mendingin bahkan aroma yang tadi menyebar memenuhi ruangan pun kini sudah memudar. Apakah harapanku kini seperti aroma kopi tadi?
Aku ingin semua gundah terbang hilang ditelan awan. Aku membalas beberapa pesan dari para sahabat, ingin sekali mengabaikan semua perhatian itu tapi aku tidak bisa. Aku tidak akan pernah mengabaikan para sahabatku karena aku tahu rasanya terabaikan. Sebuah senyum selalu kupaparkan, tawa lepaspun tak berhenti dari bibirku tapi hatiku kosong. Aku tetap menanti dan berharap hadirmu.
Kue pukis istimewa dengan taburan coklat yang kubuat sendiri sedari pagi pun tak bisa menghalau rasa pedih dari detik ke detik yang aku rasakan. Aku gelisah. Hari bahkan sudah berganti dan kamu tetap tidak mewujudkan diri. Setidaknya kabari aku apa saja tentangmu. Kamu tak perlu mengucapkan ucapan selamat apapun. Itu yang aku pikirkan dari pagi tadi hingga kini.
Kembali kulihat layar ponselku, tetap sama tak muncul namamu. Ingin sekali aku menangis namun entah untuk apa, ketidakhadiranmu atau perasaan kosong yang kini melingkupiku.
Aku menatap langit dari balik jendela, awan mendung seperti berpihak menumpahkan air matanya. Tak sadar, sungguh aku tak pernah menyadari air mata ini jatuh dan membuatku terisak. Dalam tiga tahun ini air mata selalu menjadi pengiring di hari dimana aku seharusnya bahagia.
Aku menyadari, mengharapkan ucapan ataupun hadirmu disaat hari bahagiaku adalah sebuah mimpi yang andai aku terbangun akan menguap ditelan kenyataan. Waktu telah menunjukkan padaku bahwa kamu memang tak akan pernah mencintaiku. Kamu menolakku. Tidak sejahat itu, hanya saja kamu berlalu dan menghindar dariku.
Hatiku pilu. Jatuh cinta itu rasanya sakit sekali. Terutama jika orang yang kamu cintai sama sekali tak peduli. Aku terpaksa harus merelakan hatiku membeku dan melepaskan cintamu.
“Sayang, selamat ulang tahun,” ucapmu mesra. Ucapan yang selalu aku bayangkan dan harapkan. Dan ketika kamu mengucapkan itu mata abu-abumu akan bersinar bahagia bersama senyum yang merekah.
Kamu takkan pernah melupakan ulang tahunku. Aku tahu itu. Hanya saja kamu tidak bisa memberi ucapan itu padaku, setiap tahun hingga di usia ketiga dimana aku mencurahkan cintaku hanya untukmu.
Ucapan itu hanya bisa kamu berikan kepada istrimu karena dia lahir di tanggal dan bulan yang sama denganku. Andai saja aku tak terlambat bertemu denganmu mungkin sekarang akan ada aku di sisimu, menjadi istrimu.
Selamat dini hari kamu yang sedang mengecap bahagia  bersama kekasih hidupmu. Andai ucapan selamatmu juga diperuntukkan kepadaku.
Selamat ulang tahun diriku. Kali ini aku akan benar-benar melupakanmu. Karena sampai kapanpun kamu takkan pernah hadir mewarnai hidupku. Begitu pula malam ini. Kutiup lilin berbentuk angka yang kubayangkan menyala di atas tumpukan kue pukis istimewa bertaburan coklat beraneka warna. Masih tak pedulikah kamu jika aku selama ini mencintaimu?
Tulisan Kolaborasi bersama  

0 komentar: