Rabu, 17 Oktober 2012

REASON.


Aku tak mampu berpaling dari tatapan matamu. 
Aku tak bisa berhenti memandang birirmu.
Senyummu begitu menggoda,tawamu begitu menggetarkan jiwa.
Aku terbius oleh pesonamu,aku terhanyut dalam  dekapmu,aku menyerah dalam cumbuanmu



Tidak mungkin! 
Itu bukan dia,pasti bukan ,tapi kalau bukan dia ,siapa itu?
 Apa yang dilakukan pria itu disini!
Ulfa memandang sesosok pria yang sangat membuat perasaannya hancur, ada rasa malu, benci, dendam, dan setitik kerinduan. Di usianya yang ke 22, ia sudah melihat beberapa macam tipe pria. Dari yang alim, mata keranjang sampai om om genit, tapi hanya  pria ini yang tak pernah bisa dilupakan. Sudah lebih dari 5 tahun tak pernah melihatnya , tapi efeknya masih sangat luar biasa.
Ulfa menyerngit, menahan rasa sakit,perutnya melilit , mual, kepalanya pusing.
Pria yang membuat perasaan Ulfa tak menentu itu adalah Antho, kakak sahabatnya dulu. Kenapa dia harus muncul saat ini? Apa yang dia dilakukan disini?
Dan lebih parahnya lagi, pria itu berjalan dengan santai seolah olah dunia miliknya, keangkuhan yang sangat arogan dan oh Tuhan, dia menuju kemari!
Ulfa berniat mengabaikan Antho, tapi matanya menghianati. Matanya terbelalak dan untuk menahan agar tidak berteriak, Ulfa menggigit bibirnya sampai terasa perih.
Senyum sinis menghiasi wajah Antho yang tampan. Dia berdiri dengan kekuasaan yang tak disembunyikan itu.
Ulfa menahan napas didepan Antho.  “Apa yang kamu lakukan disini mas?” tanya Ulfa penasaran.
“Apa yang kulakukan disini? Kamu tidak lihat! Aku menemuimu. Aku ada perlu denganmu." Jawabnya dingin dengan pandangan mengejek.
Mendengar jawaban seperti itu,tubuh Ulfa bergetar marah. Berani beraninya dia  seperti ini!
“Maaf aku sibuk mas!” Jawab Ulfa dengan berani, rasa bencinya mengalahkan rasa takut akan kehadiran Antho.
"Aku bisa melihatnya." Antho menjawab tanpa senyum.
"Apa kabar Emilia sekarang ?" Ulfa bertanya hanya untuk mengusir rasa penasarannya.
"Kamu sungguh peduli sama dia?"
“Dia dulu sahabatku! Sebelum kamu memisahkan kami dan menendangku keluar  dari rumahmu."  jawab Ulfa berapi api.
"Tidak usah kasar  seperti itu, itu memang kesalahanmu."
Ulfa langsung mengatupkan bibirnya.
Kemarahannya memuncak, dan dia berniat meninggalkan Antho, tapi sebelum niatnya terlaksana Antho mencekal pergelangan tangannya.
"Tidak semudah itu kamu melarikan diri dariku, Fa." Ucapnya tanpa melepas cekalan tangan.
" Sebenarnya mas Antho mau apa sih? Aku sibuk. Tidak ada waktu untuk ngobrol denganmu."
" Sibuk dengan kekasihmu? Mana dia kok aku tidak melihatnya?"
" Itu bukan urusan mas Antho! Lepaskan tanganmu mas, aku tidak mau orang-orang bergunjing tentangku lagi."
"Pilihan ada di kamu. Kamu mau aku memaksamu atau kamu dengan suka rela menuruti kemauanku."
Ulfa tahu, Antho adalah pria yang selalu mendapatkan apa yang dia mau, jadi ia tidak ingin ada ribut-ribut.
"Baiklah aku punya waktu 5 menit ,silahkan bicara!"
"Tidak usah terburu buru begitu, aku tahu kamu masih sedang bersantai, atau kamu menunggu kekasihmu yang lain? Kapan kamu bisa setia dengan satu pria saja?" Ucapnya kurang ajar.
" Kalau mas Antho masih bicara ngelantur, silahkan pergi saja! Lagian mas Antho tidak pantas bicara seperti itu! Orang yang setiap minggu berganti wanita."
"Wah rupanya kamu mengikuti kisah cintaku ya? Aku tersanjung."
"Aku seperti orang normal lain, aku baca majalah gosip."

***
“Emilia bener nih gak apa apa aku main ke rumah mu? Orang tuamu tidak marah?”
“Justru aku merasa berterima kasih ke kamu,  Fa. Aku pasti mati bosan dirumah, papaku tidak dirumah,hanya kakakku yang sok berkuasa itu yang ada. Aku tidak bisa keluar bersenang senang, kakakku bisa membunuhku kalau sampai tahu aku suka menyelinap ke diskotik.” Jawab Emilia dengan cekikikan.
“Sekali sekali kamu ikut dong,jangan cuma baca novel romance seperti itu.” Tambah Emilia
Emilia dan Ulfa teman satu kelas dan satu asrama, tapi mereka berbeda seratus delapan puluh derajat.
" Oh iya,aku mau minta tolong. Kalau kakakku tanya, Sabtu lalu aku kemana, kamu jawab aku sedang ke perpustakaan untuk belajar. Dan kalau dia sampai bertanya yang aneh- aneh, kamu bilang saja aku adalah anak yang alim. Apalagi kalau dia tanya aku sudah punya cowok apa belum, kamu jawab saja, dalam hidupku hanya diisi untuk belajar tidak ada waktu untuk pacaran. Mengerti kan Fa?" Ulfa hanya bisa bengong mendengarkan permintaan Emilia yang sangat berbeda dengan kenyataan .
"Fa tolong yaaaa." Rengek Emilia sekali lagi, memastikan sahabatnya bisa diajak bekerja sama.
"Baiklah." Akhirnya mengiyakan permintaan sahabat baiknya itu.

***
Ulfa memandang ke halaman rumah yang luasnya mengalahkan istana presiden, meskipun Ulfa tidak tahu seberapa luas istana itu.
Mereka turun dari mobil dan disambut seorang pemuda yang tak lain kakak Emilia, kelihatan sekali Antho sangat menyayangi adiknya .
"Kak ini temen aku namanya Ulfa, dan Ulfa ini kakak aku yang sering aku ceritakan.”
Antho menjabat tangan Ulfa.
"Selamat datang dirumah kami, semoga betah." Katanya singkat tanpa ada senyum keramahan.
 Sehari dirumah Emilia, Ulfa hanya bertemu dengan Antho sekali waktu sarapan.
Hari ini Emilia meninggalkan Ulfa sendirian, dia pergi ke rumah tantenya. Ulfa curiga dia pergi bertemu cowok, makanya dia tidak mengajak Ulfa serta.
Ulfa tidak bisa berenang, tapi melihat kolam renang yang biru ingin rasanya dia menceburkan diri dan menikmati sejuknya. Di rumah tidak ada orang, hanya ada bibi yang sedang masak di dapur dan mbak yang sedang beres-beres. Ulfa sudah bosan bertanya, bumbu apa ini - bumbu apa itu. Ia tak ingin membuat bibi berteriak jengkel, meskipun Ulfa tak yakin si bibi akan membentaknya. “Bibi sudah bekerja mengasuh mas Antho dari bayi,” jawabnya sewaktu Ulfa bertanya sudah berapa lama kerja dirumah ini.
Meninggalkan bibi didapur membuat Ulfa tak punya kegiatan. Dan godaan kolam renang begitu menggoda. Ulfa mencari mbak yang sedang sibuk bekerja dan meminjam baju renang yang memang disediakan tuan rumah jika ada tamu yang ingin berenang.
Ulfa menceburkan diri di kolam,air dingin merambat disekujur kulitnya dan bermain-main dengan riang.
Dengan keberanian yang timbul, ia melepaskan tangan dan berpura pura bisa berenang. Dan entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba dia sudah ditengah kolam dan air sudah di atas ubun-ubunnya. Ulfa pani dan didalam kepanikannya kakinya kram. Ia menggapai-gapai ingin berteriak minta tolong, tapi air kolam memenuhi mulutnya dan tertelan. Rasanya sudah seabad Ulfa meronta-ronta dikolam renang saat tiba-tiba ia menghirup udara lagi, dan sadarlah dia sang penolong adalah Antho yang menggunakan pakaian lengkap!
 "Apa sih yang kamu pikirkan? Kalau tidak bisa berenang kenapa sok-sok-an berenang!" Bentaknya berang.
"Maaf.." Jawab Ulfa sambil menahan tangis.

Setelah menyuruh Ulfa mandi dan menyuruh meminum teh hangat Antho mulai membereskan barangnya. "Kamu istirahat saja, aku mau berangkat kerja lagi. Bilang sama Emilia dan papa kalau aku terlambat pulang, dan jangan main-main di kolam renang lagi. Mengerti?!"
Ulfa hanya bisa mengangguk.

Ulfa tertidur pulas sekali hingga terlonjak kaget sewaktu bibi membangunkannya.
“Neng ... bibi sama Sri mau pulang. Tadi Mba Emilia telepon, bilang kalau tidak bisa pulang karena jalanan banjir.  Ini mumpung hujan sudah reda bibi pulang dulu, neng tidak apa-apa toh ditinggal sendiri?”
Melihat wajah lelah bibi Ulfa mengiyakan saja, "Engga apa apa, Bi.."
"Oh ya makanan sudah bibi siapkan seperti biasa ."
"Makasih ya bi..."
Sepeninggal bibi , Ulfa mandi , turun dan makan sendirian. Sudah jam 6.30, toh  percuma menunggu yang lain.  Ulfa sangat bosan, ia berkeliling rumah, nonton film Korea dan waktu sudah lumayan larut. Tapi dia belum mengantuk, mungkin tadi siang kelamaan tidur.
Akhirnya diputuskan membaca saja. Ia duduk disofa dengan nyaman. Di tengah keasikan membacanya,tiba tiba listrik padam. Memang akhir-akhir ini sering bergilir pemadaman listrik. Ulfa tidak tahu tempat lilin dimana, dia buru-buru bbm Emilia, tapi tak ada tanggapan. Dia berusaha telpon, tapi hanya nada sambung yang didengarnya. Ia menyesal tadi tidak bertanya sama bibi, tapi siapa yang menyangka kalau pemadaman listrik akan terjadi malam ini disaat ia sendirian.
Ulfa meringkuk ketakutan. Takut dirumah sendirian, takut kalau ada hantu gentayangan dan lebih takut kalau ada maling ataupun rampok.
Pikiran Ulfa mengembara membayangkan adegan yang menyeramkan, hingga ia mendengar suara pintu dibuka. Ia kaget dan ketakutannya berlipat ganda, saat Ulfa mendengar suara langkah yang sangat hati-hati. Ia semakin meringkuk dan tanpa sadar mulai menjerit histeris.
"Apa yang kamu lakukan?!"
Antho berdiri dihadapanny menjulang tinggi, terlihat marah tapi setelah melihat tubuh Ulfa yang meringkuk ketakutan dia berubah menjadi iba dan menarik Ulfa berdiri.
Ulfa langsung lega mendengar suara Antho.
" Yang lain pada kemana?" Tanyanya.
"Emilia tidak bisa pulang, dia kejebak banjir. Kalau papamu aku engga tau mas."
"Jangan kemana-mana." Antho kedapur mengambil lilin, tapi sebelum dia menyalakan lilin lampu menyala.
"Sudah jam 11 malam, kamu tidur saja sana."
Ulfa tak berani membantah,ia hanya berlari kekamarnya. Tapi ia tak bisa tidur, mood bacanya pun telah hilang. Sudah jam 2 pagi saat Ulfa memutuskan kedapur, mencari susu. Siapa tau dengan minum susu dia bisa tertidur. Menurut resep nenek minum susu hangat dapat mendatangkan kantuk. Jadi apa salahnya mencoba.
"Apa yang kamu lakukan?" Terlihat Antho duduk diujung meja dapur.
Ulfa langsung menoleh dan tersenyum malu, "aku engga bisa tidur, jadi aku minum susu." Jawabnya
"Aku pun tak bisa tidur." Akhirnya mereka asyik ngobrol sambil main kartu.

2 hari kemudian Emilia merayakan ulang tahunnya yang ke 17 dan mengundang beberapa teman temannya. Karena pesta remaja tentu saja beberapa botol minuman beralkohol berhasil diselundupkan. Ulfa tidak pernah berani menyentuh minuman itu, tapi Emilia memaksanya dan mengatakan kalau ia tidak akan mabuk.  Entah rasa penasaran atau untuk menghargai permintaan Emilia, ia menenggak beberapa teguk vodka.
Dicerngitkan lidahnya, rasa aneh melewati rongga mulut dan mengalir ketenggorokannya, panas dan dia bergidik jijik sambil bergumam, "Kok rasanya persis kecoa mati ya?" Emilia tertawa , "kamu ...itu rasa anggur,coba kamu rasa yang ini!" Ulfa tak kuasa menolak permintaan Emilia lagi, dan ditenguknya minuman itu, rasa panas menjalar ditenggorokannya, dan perutnya seketika bergejolak menolak. Tapi ia masih sempat menjawab pertanyaan Emilia... "Kalau ini rasa melati."
Kepala Ulfa agak sakit, tapi salah satu teman Emil menyodorkan gelas lagi dan Ulfa meneguknya. Tak tahan lagi Ulfa berlari dan muntah-muntah dikamar mandi. Tidak tau berapa lama Ulfa terduduk dibelakang, yang dia tahu susana rumah sudah sepi.
Sesosok pria  berdiri dihadapannya.
Benar kata pepatah, kalau sepasang insan manusia hanya berdua, pasti yang ke 3 itu setan. Tapi teori itu dipakai kalau memang diantara mereka ada ketertarikan. Atau karena salah satu dari insan itu sedang setengah mabuk, dan efek dari alkohol itu mengacaukan pikiran.
Entah setan yang sungguh hebat atau memang nafsu sudah menguasai, Antho sudah memeluk Ulfa. Mereka saling melampiaskan hasrat. Hanya mereka dan setan yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi entahlah malaikat baik hati mana yang membuat mereka sadar, Antho mendorong bahu Ulfa dengan marah. Ulfa yang tersadar pun sangat malu, tidak pernah sekalipun dia melakukan hal seperti itu, bahkan ini pengalaman pertamanya.
"Kamu! Kamu gadis penggoda! Sengaja menggodaku!" Tuduhnya tanpa perasaan.
Ulfa hanya bengong tak sanggup bersuara, rasa malu membuatnya bungkam.
"Sekarang aku sadar,kamu tidak layak menjadi teman adikku, besok pagi kamu harus pulang!"
"Tapi mas...aku.. aku.."
"Aku tidak mau tahu! Aku tidak ingin rumahku atau adikku dicemari olehmu. Kamu membawa pengaruh buruk buat adikku, dan satu lagi jangan pernah hubungin adikku! Pantas akhir akhir ini nilainya merosot ,ternyata kamu yang mempengaruhi hingga dia suka ke diskotik!” Ulfa mendelik ke arah Antho
"Jangan melihatku seperti itu, kamu pikir aku tidak tahu ya?!"
Ulfa tetap diam...
"Kenapa tidak membantah, benarkan yang aku bilang? Kamu gadis perayu, yang suka berpesta!."
"Mas ini bukan kesalahanku sendiri, ini melibatkan 2 orang." Jawabnya dingin.
Merasa ucapan Ulfa ada benarnya Antho menjadi semakin marah.
"Pokoknya besok kamu harus angkat kaki!" ucapnya sambil meninggalkan Ulfa dengan rasa malu.
Ulfa merasa terhina, ia tidak pernah membenci seseorang, tapi hari ini ia memutuskan akan membenci Antho seumur hidupnya.

***
Kini setelah tahun ternyata rasa kebencian itu tetap ada.
Tapi kini ia bukan Ulfa yang lugu,yang pemalu,kini ia wanita dewasa yang mandiri,bahkan ia seorang model video klip papan atas.
" Apa hubunganmu dengan Matheo?"
Mendengar pertanyaan seperti itu, Ulfa terlihat geli dan tak mengerti.
"Bukan urusanmu, mas!"
"Menjadi urusanku, karena dia tunangan sahabatku. Kemarin dia menangis, melaporkan kalau tunangannya pergi liburan ke Puncak bersama model cantik. Dan dia menunjukkan fotomu."
“Kamu ini senang sekali ikut campur ya mas. Dulu kamu ikut campur tentang persahabatanku dengan adikmu, sekarang percintaan sahabatmu. Kamu terlalu protektif dengan orang sekitarmu."
"Aku akan melindungi orang yang aku sayangi, apalagi kalau itu melibatkan kamu."
“Siapa nama sahabatmu?”
“Namanya Monika.”
“Wah malang sekali dia,mempunyai tunangan yang tidak dipercayai dan memilih pergi dengan wanita lain.”
"Kalau yang pergi dengannya bukan kamu, si penggoda suami orang pasti dia tidak akan gusar. Tapi aku tidak bisa menyalahkan ketakutan sahabatku,dan aku juga tidak bisa menyalahkan Matheo sepenuhnya karena aku pernah menjadi korbanmu."
"Kalau kamu mau tahu mas, aku pergi sama Matheo karena dia fotografer handal. Dan kami sedang pemotretan!"
" Kenapa kamu suka sekali merebut pasangan orang sih?" Mendengar tuduhan seperti itu, Ulfa semakin berniat membuat Antho jengkel.
"Wah rupanya kau mengurusi percintaanku juga, mas?"
"Aku juga membaca tabloid gosip." Jawabnya datar.
"Jadi benar kamu pacaran dengan pengusaha minyak itu?"
"Kalau iya kenapa? Kamu keberatan?" Jawabnya hanya ingin memancing emosi Antho.
"Jadi kamu kesini cuma mau mengritik kehidupanku saja mas?"
"Tidak, selain ingin memastikan Matheo terlepas dari jerat bisamu, aku juga ada kepentingan denganmu."
Ulfa penasaran tapi ia malas bertanya lagi, jadi ditunggunya Antho melanjutkan kalimatnya.
"Aku ingin memberikan tawaran buatmu, karena tidak mungkin menawari pekerjaan kantor yang membutuhkan otak prima,aku menawarimu suatu jalan keluar. Menjadikanmu kekasih atau istri. Setidaknya aku belum menikah dan kamu tidak perlu takut dimaki-maki sama istri yang tidak rela suaminya menikah lagi."
Bagai disambar petir,tidak ada pernah yang pernah menghinanya selama ini, dan lagi-lagi pria ini kembali menghina harga dirinya. Setelah kekagetannya mereda ia langsung melayangkan tangan dan menampar Antho dan berbisik marah.
"Brengsek sekali kamu mas! Aku tidaklah serendah itu." Ucapnya berapi-api dan membuat Antho tersenyum, tapi tak bergeming sedikitpun. "Kamu semakin cantik Fa kalau marah begitu."

***
Antho membanting pintu apartemen mewahnya , hatinya dipenuhi amarah yang hanya bisa dilampiaskan dengan kegiatan fisik. Sebagai pengusaha muda yang sukses dia sangat mudah mendapatkan wanita. Bahkan tanpa mencari, sederet wanita sudah mengantri, dia hanya tinggal menggentikan ujung jari dan para wanita rela melakukan segala yang dia minta.
Ulfa gadis itu, mungkin sekarang bisa di rubah. Wanita itu yang membuat hatinya tidak tenang, selama 5 tahun dirinya tahan akan godaan untuk tidak mencari dan menemuinya. Dia hanya bisa memandang wajah ayunya di tabloid, yang sayangnya harus dikaitkan dengan skandal memalukan. Mengingat wajah Ulfa yang marah hatinya semakin marah, ia sadar sudah keterlaluan dengan kata-kata yang di semburkan, tapi harusnya itu layak diterima Ulfa. Antho membanting handuk yang tidak bersalah dan menuju ke dapur untuk mencari air - mungkin segelas air bisa mendinginkan gejolak amarahnya.

Telepon apartemen berbunyi , ternyata dari Emilia yang mengingatkan lusa adalah ulang tahun ayahnya yang ke 60. Membayangkan bertemu dengan relasi ayahnya semakin bermuka durja ia. Sebagai pinsiunan pEmiliak jaringan telekomunikasi, tentu pak Billy tidak merayakannya dengan sederhana.

***
Ulfa yang merasa terhina akan lamaran yang tidak pantas itu merasa jengkel,tapi anehnya kebenciannya tak seperti dulu lagi.
"Ulfa, manajemen SM sedang mencari model Asia untuk pembuatan single terbaru...tebak siapa?"
" Hah siapa? Aku belum baca, yang aku tahu YG entertain yang sedang sibuk promosi Gangnam Style ." 
 "Aduh Ulfa! Kamu 3 hari dipuncak kenapa berubah jadi orang udik sih?! Apa tidak  baca bbmku?"
" Yah maklum, aku menjauhkan segala macam alat komunikasi. Mungkin aku baca tapi hanya sekilas,bahkan teve pun aku tak menyentuh.
Itulah mengapa Ulfa tak tau tentang berita yang berkaitan dengan Donghae, ah impian Ulfa hanya 1 kalaupun tak bisa mendapatkan Donghae sebagai kekasih, tapi setidaknya ia bisa bekerja sama, dan kesempatan kini terbuka lebar. "Jadi ini bener kak? Kenapa memilih agensi kita?" Tanya Ulfa penasaran.
"Hyaaa! Bukan memilih, kamu kira perusahaan kita sedemikian terkenal sampai SM Entertainment mencari kita, aku mengirimkan cv kamu. Aku tahu itu impian terpendam kamu." Jawabnya dengan antusias.
"Dan tanpa sepengetahuan aku kak?" Tanya Ulfa pura pura merajuk.
"Ah kamu tidak mungkin marah sama aku. Kalau kamu tak suka, baiklah aku akan batalkan saja."
"Eh eh kakak, Ulfa cumanbercanda...Aku seneng,jadi ini jalan, kita Go Internasional kak..!" ucap ulfa dengan wajah berseri-seri, dilupakan sejenak masalah yang Antho timbulkan.
"Tapi Fa,”kata kakak Astrid pelan,ini hanya langkah awal, kamu harus tetap diseleksi. Bersaing dengan beberapa model,bukan hanya dari agensi lain, tapi model negara lain."
"Kak,kakak tidak usah sedih begitu, diterima tahap awal pun sudah membahagiakan."  Jawab Ulfa menghibur.
"Baiklah sudah cukup sedih sedihnya,kamu harus mempersiapkan diri, karena tahap seleksi awal di terima kamu harus berangkat minggu depan dan disana kurang lebih 1 bulan. Itu kalau kamu lolos disetiap seleksi. Ah sayang sekali ini tidak bisa dipublikasikan"
"1 bulan bersama Donghae, kak?" Tanya Ulfa sok polos dan yang mendapatkan lemparan penghapus.
 " Tak usah sok imut seperti itu!” Goda kakak sambil tertawa lepas.
"Ah kakak,aku memang imuuuut ..." Sambil mengedip ngedipkan mata genit.

***
Ahkirnya Ulfa menginjakkan kaki ,menghirup Udara Korea juga,sambil tersenyum ceria dia menunggu jemputan datang, dilihatnya beberapa wanita cantik juga sedang menunggu. Hmm..jadi ini nanti jadi sainganku mendapatkan Donghae. Ada  setitik rasa gentar, tapi Ulfa optimis. Tak apalah, Ulfa mendekati salah satunya, dan tersenyum ramah, bukankah ia orang Indonesia yang terkenal keramahannya?
"Hai" sapa Ulfa dengan senyum tulus. Si gadis yang lebih tinggi dari Ulfa pun membalas tersenyum, tapi berubah datar raut wajahnya. Tapi entah mengapa tidak membalas sapaan Ulfa, mungkin dikira Ulfa sok kenal sok dekat. Ulfa tetap mempertahankan senyum dibibirnya, tapi hatinya mendumel.. Oh sombong tenan bocah iki, tak percaya ia menggunakan bahasa ibunya dan membuatnya geli sendiri.
Wah Donghae,dia memang tampan... Ulfa tak bisa menahan jiwa liarnya ,jiwa anak anak remaja yang histeris melihat idolanya. Untunglah hampir semua model berkelakuan sepertinya. Hanya satu yang pembawaannya tetap tenang, ya si model yang sombong itu, Ulfa tak tahan untuk melempar senyum. Tak peduli kalau di anggap aneh, toh ia lagi berbunga bunga ketemu Donghae. Tibalah saatnya interaksi para model dan Donghae, Ulfa sangat menanti-nantikan kesempatan untuk bisa berbicara langsung.
“Annyeong haseyo, Donghae-ssi. Choneun Ulfa Imnida. Saranghaeyo” kata Ulfa asal-asalan sambil mengumbar senyum termanisnya.
“Annyeong, Donghae imnida. Nado Saranghaeyo” balas Donghae sambil memeluk Ulfa dengan hangat.
Seperti melayang rasanya mendapatkan pelukan Donghae, tak peduli beberapa model menatapnya iri. Siapa suruh mereka semua sok jaim, nyesel kan kalian . Ulfa terpilih untuk membintangi video klip lagu terbaru Donghae, tapi tidak tau kapan rilisnya karena SM ingin focus debut artis baru dan merilis album Super Junior terlebih dahulu.

***
Antho blingsatan tidak jelas, hubungannya dengan Emilia tak seperti kakak dan adik, ada jarak diantara mereka,
Ia sadar semenjak remaja Emilia susah di atur, bahkan sampai dipindah sekolah,mungkin sekolah asrama membuat adiknya seperti itu.
Emilia marah sekali, berani-beraninya kakaknya memaksanya berpisah dari sahabatnya,dan sahabatnya... Ah pantaskan disebut sahabat, dia tega menghianati kepercayaan Emilia.
Hatinya sakit, meskipun kadang kadang ia merindukan sahabatnya Ulfa. Seiring berjalannya waktu Emilia bisa melupakan Ulfa, dia belajar giat dan sukses meraih mimpinya. Ya ia seorang pengusaha handal diumurnya yang masih belia. Dan ia memiliki putri yang sangat dicintainya. Meskipun ia sering kali harus memilih,  pekerjaan yang tak ada habisnya atau putri mungilnya, dan sering kali pekerjaan yang memenangkan, putrinya harus diasuh sederet baby sister . Itu sering membuat Antho geram. Tapi ia hanya bisa menahan napas, karena Emilia seperti sengaja membantahnya.

Dua hari setelah mendarat Ulfa merasa lelah,tapi alangkah kagetnya dia membaca berita 'Ulfa berlibur bersama Adhitya sang Raja Minyak selama 1 bulan Ulfa dan berlayar menggunakan kapal mewah. Si istri yang merasa diabaikan suaminya membuat pernyataan resmi, kemarin menggelar jumpa pers .
Ulfa membanting tabloid itu ke meja, kepalanya langsung diserang migrain. Apa-apa an ini,kenapa ada berita yang menyudutkan dia seperti ini. "Kak kenapa bisa ada berita seperti ini? Apa sebenarnya yang terjadi sih? " Tanyanya lemah .
“Aku tidak tau Fa, besok kita mengadakan jumpa pers aja ya?” Kakak membujuknya. Ulfa menggeleng,tapi langsung tersadar mereka menggunakan telepon. “Tidak usah lah kak, biarin aja, toh aku tidak melakukan yang dituduhkan.”
Tapi mendapatkan surat undangan dari kantor polisi membuatnya muak, dan pengacara si- istri raja minyak pun sudah memberikan tuduhan yang sangat memberatkan. Aduh pusing sekali Ulfa. Dituduh ingin merebut suami orang, karena tidak bisa mendapatkan seseorang yang dapat menghidupi gaya hidupnya. Ah Ulfa sangat terpukul, selama ini dia tidak pernah berurusan dengan suami orang, dia hanya mendiamkan gosip selama ini,karena dia tidak mau dituduh sebagai artis yang tenar karena skandal.

***
“Ulfa benar benar tidak tahu malu,” batin Antho murka. Kemarahannya seperti tersulut, kenapa dia menolak tawarannya sedangkan Ulfa memilih berselingkuh dengan suami orang.
” Brengsek!” Makinya.
Entah apa yang merasukinya, setelah membaca gosip di tabloid Antho mendapatkan ide cemerlang.
Antho mendatangi kantor agensi Ulfa ,dan dia bertemu dengan Astrid.  Antho mengaku menginginkan Ulfa. Astrid marah, dikiranya ia menjual model-modelnya, tapi mendengar penjelasan Antho,  Astrid jadi berfikir dan berjanji membantu usaha Antho, apalagi kini Ulfa sedang mendapat tekanan batin.  Apa salahnya Astrid membantu meringankan beban Ulfa.
Astrid sudah mengatur agar Ulfa bertemu dengan Antho tanpa curiga, dan ia pun telah merencanakan kru infotaiment membuntuti Ulfa, karena Ulfa tak mungkin mengadakan jumpa pers dan menjelaskan situasi yang dia alami.
Astrid mengajak Ulfa menemui klien yang sangat potensial, yang akan menggunakan agensinya. Dan Astrid tetap merahasiakan siapa nama klien ini hingga Ulfa sempat emosi.
Alangkah kagetnya Ulfa menatap rumah itu lagi, setelah lebih dari 5 tahun, tidak ada yang berubah, sepanjang perjalanan Ulfa tertidur,dan kini ia hanya bisa membisu .
Turun dari mobil,beberapa kilasan berkelebat, hatinya tiba tiba merasa pias. Tiba tiba seorang anak kecil lari dan memeluknya,ah anak siapa ini, lucu sekali...
Dan disitu berdirilah Antho dengan angkuhnya, meskipun senyum manisnya terpampang indah. Ulfa berusaha meredamkan detak jantungnya,tapi tetap tak bisa, dia hanya bisa tersenyum kearah Om Billy, ayah Antho dan Emilia.
Emilia.. Ulfa merindukan sahabatnya, ia menatap Astrid meminta penjelasan, tapi Astrid rupa rupanya berpura-pura tak melihat dan langsung menyapa om Billy. Sambil menggandeng anak kecil itu, Ulfa menyapa Om Billy,dan anehnya langsung memeluknya dengan sayang.
"Om turut bahagia mendengarnya, Ulfa." Ulfa bertanya-tanya,tapi ia pikir ini soal ia bisa bekerja sama bareng Donghae.
Tapi tiba-tiba kaget,Antho memeluk dan mencium keningnya dan berkata... "Selamat datang dirumah." Ulfa masih kaget,dan tiba tiba sadar mereka diawasi kamera, ini acara apa? Tanyanya berbisik kepada Astrid
“Oh ini sehari bersama Ulfa dan kekasihnya...”
Hah... Ulfa langsung ingin marah.
"Tahan marahnya, Antho hanya ini ingin membantu kamu dari segala tuduhan dan tersenyumlah seolah olah kamu bahagia. Oh ya..jangan kecewakan pak Billy. Beliau tidak tahu kalau ini sandiwara Antho.” Sebenarnya Ulfa sangat mencintai Antho tapi tak pernah terpikir sedikitpun kalau Antho akan menggunakan cara ini untuk mengikat Ulfa. Sambil memeluk bahu Ulfa Antho tersenyum seolah olah menunjukkan kepada Dunia,bahwa Ulfa adalah miliknya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

dear mba aini, selamat malam..

langsung saja yah.. sebelumnya saya mau meminta maap, atas tindakan saya yang mungkin kurang berkenan dengan telah berkomentar 'tidak layak' pada postingan mba aini sebelumnya (yang kebetulan ini adalah postingan ulangannya)..

saya tahu mungkin mba aini merasa kaget dengan komentar tersebut, tidak tahu apa2 tapi tiba2 ada akun anonim yang bekomentar 'kasar' atas tulisan mba aini.. dan jujur saya juga akui, ketika memberikan komentar saat itu memang dalam keadaan yang cukup emosional..

kenapa? detailnya tidak bisa saya ceritakan di sini, tapi yang jelas ini semua memang ada kaitannya dengan tokoh2 utama yang ada dalam cerita mba aini.. dan ini juga menyangkut tentang situasi sebenarnya yang sedang saya alami dengan salah satu tokoh utama dalam cerita mba aini tersebut.. meskipun cerita mba aini ini hanya fiktif belaka..


sebagai gambaran, mba aini pernah jatuh cinta? atau mungkin merasa sayang dengan seseorang? sebagai perempuan, apa yang mba aini rasakan apabila orang yang mba aini cintai atau sayangi itu diceng-cengi atau dijodoh jodohkan dengan orang lain? sementara mba aini punya hubungan khusus dengan orang tersebut, cemburu? wajar.. lalu bagaimana ketika akhirnya kecemburuan itu menjadi berlanjut pada keributan2 yang akhirnya perlahan mulai menjauhkan mba aini dengan orang yang mba aini sayang? mungkin akan terdengar terlalu drama queen dan tidak dewasa apabila suatu 'bacandaan' ternyata ditanggapi dengan terlalu serius..

tapi kita juga jangan lupa akan situasi dan kondisi kenapa suatu becandaan itu menjadi sangat serius dimata orang lain, terlebih ketika sebelumnya (dalam hal ini, saya) juga sudah coba mengingatkan kepada salah satu tokoh tersebut untuk paling tidak 'memberi kode' kepada penulis postingan ini (yaitu mba aini) untuk menunda dulu dipublishnya tulisan ini sampai situasi dan kondisi kami paling tidak lebih stabil (karena saya tau, dan dia pun bilang.. memang bukan hak saya atau pun dia untuk melarang, semua terserah mba aini)


terakhir sebagai penutup, saya sekedar ingin mengutip salah satu status teman di facebook:

sometime we have to learn.. even a joke could be very sensitive, in a wrong time.. you don't have to care, but you must be aware.. :)

sekali lagi saya minta maap, terima kasih mba aini..

selamat malam..