Rara, perempuan cantik yang tinggal di sebuah rumah
diseberang sana setiap menjelang senja selalu terlihat duduk di kursi kayu
teras rumahnya. Hanya terdiam dan tak melakukan kegiatan apa-apa, seperti
sedang menunggu sesuatu.
Ia tak hanya sendiri tinggal di rumah itu, sepertinya ada
keluarganya yang menemani. Namun hanya terlihat di pagi dan sore hari.
Aku mendengar dari pemilik rumah yang sekarang aku tempati
ini perempuan cantik itu dulu adalah seorang primadona. Wajah cantik dan tubuh
yang sempurna telah menjadikan dirinya sangat terkenal. Menurut tetangga
sebelahku pun katanya ia adalah pujaan bagi siapa saja pria yang mengenalnya.
Namun sayang sejak peristiwa beberapa tahun lalu semua berubah. Kudengar dia
sekarang hidup dalam kegelapan.
Aku memandangnya dari teras, bukan untuk memata-matai hanya
saja timbul rasa penasaran. Peristiwa apa yang membuat seorang perempuan cantik
yang menjadi primadona itu menjadi seperti itu. Dunia seperti tidak bergerak
baginya. Tak terasa senja semakin memudar, menghilang digantikan malam. Aku
masih tetap memandang wajah yang tanpa ekspresi itu, seperti ikut larut
bersamanya. Tak kupedulikan gigitan nyamuk dan gelapnya sekitar. Tersentak,
hampir saja aku menjerit saat mata beningnya memandangku.
Ia memandangku dari kejauhan. Matanya bulat bening tapi
seperti tak ada kehidupan layaknya ketika melihat kedua bola mata sebuah
boneka. Namun aku juga menemukan kejanggalan, perempuan itu tak benar-benar
memandangku. Sama sekali tak ada ekspresi yang muncul di wajah cantiknya, entah
kenapa.
"Hei, apa yang kau lihat?" Dani tiba-tiba datang
mengejutkanku. Matanya kemudian mengikuti arah pandangku, dia tersenyum dan
melangkah ke kursi panjang yang ada di teras.
"Perempuan cantik itu memandangimu?" Dani kembali
bertanya padaku.
"Dia tidak sedang melihatmu. Dia tak dapat melihat.
Buta."
Aku tersentak terkejut luar biasa. Ah, mana mungkin mata
bening yang indah tak dapat melihat. Benar-benar aku tak percaya kalau saja aku
tak ingat pandangan tanpa ekspresinya ketika melihat ke arahku.
"Sayang sekali, mata seindah itu harus redup dalam
kegelapan." Ujarku lirih dan mendapatkan pukulan ringan dilenganku.
"Dan, sebenarnya ada peristiwa apa sih sampai membuat
Rara seperti itu?" Dani tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya mengangkat
bahu tanda tak tahu atau tanda tak ingin bercerita.
"Wah, akrap sekali kamu menyebut namanya? Bukankah kamu
tidak mengenal perempuan itu?"
Aku larut dalam lamunanku lagi seperti terhubung dengan
dunia perempuan itu. Entah sudah berapa lama kami saling memandang hingga salah
satu keluarganya mengajaknya beranjak berdiri. Aku tidak tahu seperti ada sihir
yang menarikku untuk terus memandangi mata indah namun kosong itu. Dani rupanya
sudah tak disampingku lagi. Aku pun beranjak meninggalkan teras dan berjanji
dengan hatiku, aku ingin menemani perempuan itu didalam dunianya.
Malam itu sedikit pun aku tak dapat memejamkan mataku.
Bayangan dan pandangan perempuan itu terus saja lekat di ingatan. Pikiranku
terus berputar-putar mencari tahu ikhwal penyebab kebutaannya. Kalau dulu ia
adalah seorang primadona itu berarti secara lahiriah dia begitu sempurna tanpa
cela. Lalu mengapa sekarang ia diliputi kegelapan yang abadi?
Mungkin, esok pagi akan kusapa ia di depan teras rumahnya.
Aku tidak tahu apakah kebiasaannya di kala menjelang senja juga dilakukannya
ketika mentari baru saja menyapa.
Aku akan memperkenalkan diriku sebagai penghuni baru di
depan rumahnya. Dan setelah itu mungkin akan aku ajak bicara dia secara
pelan-pelan, semoga saja dia menceritakan segalanya.
Setelah tekatku bulat akupun berusaha memejamkan mata, entah
mengapa wajah itu tetap lekat dipelupuk mata. Kulihat perempuan cantik nan
jelita itu tertawa, seolah daun daun sekitar rela gugur hanya untuk mengiringi
suara tawanya. Sungguh tawanya membuatku ikut merasakan getar sensasi. Aku ikut
tertawa, namun tawaku langsung hilang, mataku terbelalak. Aku sungguh terkejut.
Kulihat perempuan itu semakin menjauh, bukan lagi tawa tapi jeritan tanpa suara
yang kulihat. Aku ingin meraih tangannya yang menggapai-gapai tapi sebelum
tangan itu kugapai disekitarku dikelilingi kabut. Kabut yang membuat
pandanganku gelap. Aku berteriak memanggil namanya dan aku pun terbangun dengan
napas yang memburu. Sungguh aneh, hanya mimpi seperti itu tapi dadaku seperti
tertimpa besi satu ton. Kulirik alarm di telpon selulerku, ah masih pagi, tanda
tanda subuh pun belum nampak. Aku semakin merenung dan tekatku semakin bulat
untuk menemui perempuan itu.
Pagi harinya aku baru mengetahui keseluruhan cerita tentang
perempuan cantik bernama Rara itu dari pemilik rumah yang aku huni ini. Itu pun
karena Dani dengan bawelnya menceritakan perihal kejadian kemarin sore.
Jadi, perempuan itu memang betul seorang primadona di daerah
ini. Banyak lelaki tergila-gila pada dirinya, tentu saja terutama karena wajah
dan tubuhnya yang sempurna. Kekaguman hampir semua orang kepada dirinya membuat
ia menjadi tinggi hati. Padahal jauh sebelum banyak orang mengenalnya, dia
adalah perempuan yang sangat baik dan ramah. Entah, mungkin pujian membuat
dirinya menjadi lupa akan pribadi yang sebenarnya.
Pemilik rumah bilang, suatu hari ada keributan di
kediamannya. Orang-orang tak tahu pasti apa permasalahannya. Namun setelah
keributan itu, Rara meninggalkan rumah dan melajukan mobil dengan sangat
kencang. Setelah itu terdengar kabar bahwa ia kecelakaan. Mobil yang dibawanya
menabrak sebuah pohon dan ia mengalami kebutaan.
Aku terhenyak, tidak mungkin kebetulan itu ada. Aku tidak
pernah mempercayai kata kebetulan. Tidak mungkin. Pemilik rumah menatapku
bingung. Mungkin dalam angannya dia melihat aku kaget dengan cerita itu. Tidak!
Tidak sesederhana itu. Sekarang aku mengerti mengapa aku begitu tertarik dengan
perempuan itu, aku kini mengerti.
Aku tidak mungkin menceritakan kepada pemilik rumah. Aku
tidak mungkin juga meneriakkan kepada dunia akulah yang bertanggung jawab akan
penderitaan perempuan itu. Aku sekarang mengingat dengan jelas kejadian itu.
Bukan itu cerita yang sebenarnya. Aku menuju kamar. Hatiku berperang. Akulah
yang merubah hidup perempuan itu yang penuh warna menjadi kehidupan yang hanya
ada satu warna. Warna gelap. Hitam.
Tulisan KolaborasiIndah Lestari dan Aini ( @baelovesee ).
#AWeekOfCollaboration Hari Ke-3, Tema : Gelap
0 komentar:
Posting Komentar