Rindang melepas kacamata dan
memejamkan mata. Jalan yang macet membuatnya bisa memejamkan mata walau hanya
sekejap. Puasa pertama namun beban yang pernah dipikulnya seolah kini
berdesakan untuk dilepaskan. Pikirannya melayang pada masa yang bisa disebut titik
balik hidupnya.
Tiga tahun lalu serasa baru sekejap
mata. Rindang hanya bisa mendesah dan melepaskan napas yang sampai kini masih
sering membuatnya sesak. Saat itu hari rabu dan seolah tak akan pernah Rindang
lupakan semasa hidupnya.
“Rin…
apa kabar?
Rindang sedikit kaget dengan sapaan
yang dilontarkan Samuel. Kekasihnya. Ah, masihkan bisa disebut kekasih
sedangkan sudah kurang lebih dua bulan
komunikasi antara dirinya dan Samuel seakan berhenti sama sekali.
Rindang masih terdiam, karena tak tahu
har
us menjawab apa. Hampir dua bulan ini hatinya tak menentu, namun diamnya langsung terusik dengan pertanyaan Samuel selanjutnya.
us menjawab apa. Hampir dua bulan ini hatinya tak menentu, namun diamnya langsung terusik dengan pertanyaan Samuel selanjutnya.
“Rin, kenapa kamu diam saja?”
“Aku baik-baik saja Sam. Kenapa kamu menelponku?”
“Kamu sahur dengan apa hari ini?”
Rindang memutar bola matanya, heran
dengan Samuel yang tak langsung menjawab pertanyaannya. Namun dituruti saja
permainan Samuel. Menjadi kekasih pria itu selama enam tahun membuatnya
mengerti sifat Samuel. Saat Samuel tak menjawab pertanyaan dan membalikkan
pertanyaan baru, saat itu pasti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Rindang
sudah hapal betul.
“Kenapa Sam? Kamu sudah menikah?” Rindang terkejut dengan pertanyaan
yang dilontarkannya sendiri. Namun melihat gelagat Samuel yang tidak seperti
biasanya membuatnya tak ingin terlalu lama menebak. Samuel terdiam yang membuat
Rindang semakin yakin atau semakin mendekati kalau tebakannya benar.
“Kapan?”
Rindang hanya mendengar desahan napas
Samuel sebelum suara pria itu menggema di pendengarannya.
“Sehari sebelum puasa. Maaf Rindang tapi kita masih bisa
berteman kan? Aku tak mungkin bisa melupakan dirimu.”
Rindang tak membalas ocehan dan
permintaan maaf Samuel. Hatinya sakit, selama enam tahun dan harus berakhir
seperti ini? Samuel memutuskan hubungan dengannya hanya melalui telpon di pagi
buta. Rindang masih berharap tak mendengar semua dugaannya benar. Kalaupun
Samuel akan menikah setidaknya sehabis lebaran. Bukan sebelum puasa. Namun
semua telah terlambat untuk menyesali.
“Baiklah, semoga kamu bahagia.”
“Kita masih bisa ketemu kan Rin?” Rindang ingin membalas masih bisa karena
cintanya pun masih besar untuk Samuel. Tapi dengan mengeraskan hati Rindang
hanya menjawab singkat.
“Kamu egois Rin. Kamu tahu tidak kenapa aku menikah dengan
wanita lain? Karena selama bersamaku tak sekalipun kamu mengungkapkan cinta.
Aku laki-laki pun butuh kepastian Rin.”
“Selama enam tahun dan kamu meragukan cintaku?” Rindang hampir menjerit meneriakkan
kata makian. Namun ditahannya, Samuel butuh orang untuk disalahkan. Samuel
butuh pembenaran atas tindakannya.
“Aku menikah, kamu tahu? Karena wanita itu memintaku. Dan aku
menyetujuinya. Karena kamu tidak pernah merespon sinyal yang aku berikan.”
Tidak pernah merespon dia bilang? Ah apakah aku salah
mendengar? Bukankan tiga bulan lalu sebelum kami ribut dan putus komunikasi
Samuel berkata ingin melamarku? Mengapa sekarang seolah hanya diriku yang
bersalah.
Dibiarkan Samuel menumpahkan keluh
kesahnya selama bersamanya dan menyalahkan atas semua pilihannya.
“Kita masih bisa ketemu kan?” Pertanyaan itu lagi, namun kali ini Rindang menjawab dengan
tegas.
“Tidak! Dan setelah telpon ini kututup, aku dan kamu tidak
ada hubungan apa-apa lagi. Jangan pernah hubungi aku ataupun menemuiku lagi!”
Kamu memang egois. Kudengar Samuel
berkata sebelum menutup telponnya. Setelah telpon ditutup air mata Rindang
mengalir. Rindang menangis, cintanya yang
dijaga harus kandas.
**
Rupanya janji Rindang yang tak
membiarkan Samuel menghubungi adalah janji yang tak bisa ditepati. Saat Samuel
menelpon dengan sedikit sedih Rindang menjawabnya. Namun Samuel tidak ingin
menyerah. Samuel ingin bertemu dengan Rindang sebagai teman. Rindang tak ingin
menemui Samuel. Rindang tak mempercayai hatinya. Rindang tak yakin saat
pertemuan terjadi dia bisa mengendalikan hatinya. Rindang tak ingin
berselingkuh dari pria yang kebetulan masih dicintainya. Benar kata Samuel
Rindang pengecut karena tak berani menemuinya.
Lebaran kali ini Rindang harus menahan
sakit hati karena pengkhianatan Samuel. Rindang tak ingin mengenang Samuel,
namun hati mana bisa ditipu. Hati Rindang seolah menjerit karena merindukan
kehadiran Samuel. Selama ini Samuel selalu menemani, meskipun tak selalu
disisinya namun Samuel selalu menemani saat Rindang ketakutan. Telpon setiap
malam membuatnya kecanduan.
Karena melamun saat menyetir Rindang
tak bisa mengendalikan mobilnya. Rindang tak bisa menjelaskan apa yang
dirasakan. Ia Hanya mengingat seperti melayang dan tiba-tiba semua telah
berhenti. Benturan mobil dan tembok membuat Rindang terdiam. Dengan ketenangan
yang rindang sendiri tak tahu datangnya dari mana namun membuatnya bisa
mengambil keputusan. Rindang langsung meminta bantuan dan menelpon ke rumah.
Ayahnya menjemput namun hanya memandang dengan wajah datar. Rindang berharap
ayahnya tak marah dengan kerusakan yang diperbuatnya.
“Kamu bisa menyetir sampai Rumah?” Rindang mengangguk dan kemudian
menyetir mobil yang depannya sudah hancur. Rindang wajib berbangga dengan
ketenangan yang dimilikinya.
**
Rindang memangis sejadi-jadinya.
Kenapa dia harus melamun dan memikirkan Samuel lagi. Rindang frustasi dan tak
bisa menahan emosinya. Belum dua bulan semenjak ditinggal Samuel lagi-lagi dia
terkena musibah. Kali ini tak sadarkan diri dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Rindang harus dirawat karena lambungnya terluka.
Rindang harus melupakan Samuel kalau tak ingin
tersiksa. Maminya mendekati dan berkata bahwa hidup itu pilihan, saat kita
memilih melupakan seseorang, lupakan dia dengan tuntas. Jangan ragu untuk
menghapus kenangan itu. Hidup masih panjang, ketika orang yang kita cintai
meninggalkan kita rasa sedih wajar ada, namun anggaplah kita sedang kehilangan
mainan. Kamu tidak mencintai dia dari hatimu, kamu sedih karena kamu kehilangan mainan itu.
Rindang ingin tertawa mendengar ucapan
maminya. Mana mungkin cinta seperti diibaratkan mainan. Namun setelah
dipikir-pikir itu hanya sebuah kata kiasan bukan? Kata mainan hanya untuk
menunjukkan kalau kita akan mendapatkaan pengganti cinta yang baru bukan?
Rindang tersenyum dalam tangisnya.
Semua seperti ditakdirkan. Beberapa
bulan setelah kejadian menyakitkan Rindang harus memutuskan prioritas hidupnya.
Kalau dia masih bertahan di Jakarta
pasti akan selalu diteror oleh Samuel. Kebetulan promosi dari kantornya
seperti jalan keluar bagi Rindang. Rindang sudah lelah dengan kelakuan Samuel
yang setiap malam menelponnya lagi mengajaknya bertemu. Rindang takut Samuel
nekat menemui dan berdiri dihadapannya.
“Mi, Rindang mau pindah. Mau keluar pulau dan mungkin hanya
setahun pulang ke Jakarta.”
Ijinnya kepada orang tuanya. Orang tuanya hanya mengangguk dan mengiyakan.
“Mami bangga sama kamu Rin, kamu berani mengambil resiko
untuk jauh dari keluarga. Mami hanya bisa berdoa semoga kamu bisa menemukan
kebahagiaan yang sejati. Mami percaya kalau kamu sudah memutuskan sesuatu kamu
akan menjalani dengan segala resikonya. Jangan biarkan omongan orang
mempengaruhi keputusanmu Rin. Karirmu saat ini sedang bagus, mami senang. Namun
saat kamu menemukan seseorang yang sesuai menikahlah. Jangan korbankan
pernikahan untuk karirmu. Namun jangan sekali-kali kamu menikah karena hanya
mengejar status dan mengorbankan karirmu.” Rindang mengangguk dan mencatat semua ucapan maminya.
***
Din… din…
Suara klakson mengagetkan Rindang dari
lamunannya. Tiga tahun seperti terhempas kembali ke masa kini. Tangannya dengan
cekatan melepaskan hand rem dan
segera memasukkan kopling dan menginjak gas dengan pelan.
Rindang tersenyum, saat ini
kehidupannya baik-baik saja. Keberanian untuk meninggalkan zona nyaman yang
dulu ditakutkan ternyata berbuah manis. Langkah yang dulu berat untuk
memutuskan jauh dari orang tuanya sepertinya tak akan pernah disesali. Ridang
semakin tersenyum lebar ketika bayangan seorang pria yang kini menjadi
kekasihnya melintas dalam benaknya.
Ya, Rindang mendengarkan apa kata
Samuel tiga tahun lalu, seorang pria pun butuh kepastian, apakah wanita yang
dicintainya juga mencintai. Maka dengan keberanian yang sedikit membuatnya bergetar Rindang
mengungkapkan cintanya kepada pria yang kini mencuri hatinya. Dan tanpa
disadarinya rasa sakit karena ditinggal Samuel kini tak pernah dirasakan lagi.
#14DaysofInspiration tema : Keberanian
0 komentar:
Posting Komentar