Minggu, 17 Maret 2013

Nyamuk Galau

Aku benciiiii jadi nyamuk, benci! Apa bedanya kami dengan Edward Cullen? Apa? Kenapa kami diperlakukan berbeda? Sedangkan kami hanya meminta sumbangan tidak lebih dari setetes dari darah mereka. Huff... Harusnya kaum manusia itu tidak perlu membenci kami dong! Okelah kami memang pembawa penyakit, tapi kalau mereka bisa menjaga lingkungan dan menjaga diri mereka tidak akan terkena penyakit yang kami bawa. Ishh.. Mereka bilang penyakit kami menular segala.

Aku nyamuk yang tak berdaya tapi aku tidak rela kalau mereka menyamaratakan dong. Tidak semua nyamuk itu pembawa penyakit. Kalau menuruti kata hatiku, aku pasti akan balas dendam. Untunglah akal sehatku menyadarkan, aku tidak mungkin balas dendam. 

Dasar manusia tidak seperti yang mereka katakan. Katanya nereka suka berbagi? Katanya baik hati? Ih pembohong. Kami memang mencuri, tapi jangan salahkan kami dong, bernegosiasi pasti bukan jalan keluar. Melihat kami berkeliaran saja para manusia sudah gemas dan mengayunkan raket raksasa pembunuh. Apakah mereka akan membiarkan kami bicara?

Aku mencari keberuntungan, aku mendekati seorang anak gadis kecil yang sedang asik bermain. Mungkin dia tidak akan membunuhku, aku hanya ingin meminta setetes darah yang ada di lengan montoknya itu. Ah aku tidak jahat kan? Pertanyaan yang mungkin tidak akan ada  yang menjawabnya karena aku sendirian bersama si gadis kecil itu.

Aku tersenyum saat menaruh monyongku, aroma manis darah segar telah tercium sebelum aku menancapkan jarum tajam. Aku menghitung sampai tiga dan mendengar jeritan gadis itu. Dasar cengeng, cuma begini saja menjerit. Aku menghisap dan menghisap sampai perutku menggelembung, tak sanggup terbang tinggi. Aku hanya terduduk dibantal sebelah anak itu, yang sudah asyik bermain lagi. Aku hanya ingin beristirahat menikmati kemenangan yang jarang teman-temanku alami.
Mungkin aku tertidur nyenyak hingga aku terkaget saat seseorang menarik bantal. Aku ingin terbang, tapi sayapku tak sanggup aku kepakkan. Aku menatap ngeri menyaksikan sesosok tangan raksasa mengayun kearahku. Aku menjerit tapi jeritanku hanya bisa terdengar ditelingaku sendiri. Aku hanya bisa meratap dan berdoa, semoga sahabat-sahabatku tidak mengikuti jejakku.

0 komentar: